Bangladesh Minat Impor 1 Juta Ton LNG dari Indonesia

CNN Indonesia
Jumat, 15 Sep 2017 12:42 WIB
Bangladesh Oil, Gas & Mineral Corporation (Petrobangla) menyatakan minatnya untuk mengimpor gas alam cair (LNG) dari PT Pertamina.
Bangladesh Oil, Gas & Mineral Corporation (Petrobangla) menyatakan minatnya untuk mengimpor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari PT Pertamina (Persero). (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pelat merah Bangladesh, Bangladesh Oil, Gas & Mineral Corporation (Petrobangla) menyatakan minatnya untuk mengimpor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari PT Pertamina (Persero). Adapun, Bangladesh berharap bisa mengimpor LNG sebesar 1 juta ton per tahun (MTPA).

Direktur Utama Petrobangla Abul Mansur Md Faizullah menjelaskan, impor ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan gas di Bangladesh yang semakin meningkat. Saat ini, Bangladesh membutuhkan gas sebesar 700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan diperkirakan akan naik menjadi 2.500 MMSCFD selama 10 tahun mendatang

Apalagi, negara di teluk Bengal itu juga akan mengoperasikan dua fasilitas regasifikasi terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU) yang masing-masing akan beroperasi pada bulan April dan Oktober tahun depan. Dengan demikian, di tahun depan, Bangladesh berharap sudah bisa mendapatkan LNG dari Pertamina.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Semakin cepat, semakin baik. Kami sudah menyampaikan minat awal untuk mengimpor 1 MTPA LNG dari Pertamina seiring fasilitas kami akan rampung tahun depan,” ujar Faizullah ditemui di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jumat (15/9).

Ia melanjutkan, LNG dari Pertamina nanti sedianya akan digunakan untuk memasok sektor industri di Bangladesh yang dirasa masih kurang. Sebab, sudah 41 persen dari penggunaan gas saat ini dialokasikan untuk memenuhi 71 persen pembangkit listrik di Bangladesh. Apalagi, Bangladesh juga memiliki target nilai ekspor garmen sebesar US$50 miliar tahun 2020 mendatang.

"Sebanyak 41 persen gas kami untuk pembangkit, namun di saat yang bersamaan, kami juga harus menghidupi industri kami, pabrik pupuk, hingga kebutuhan rumah tangga. Ini yang masih kurang,” jelasnya.

Selain dengan Pertamina, Petrobangla juga tengah menjajaki kerja sama pembelian LNG dari perusahaan asal Qatar, RasGas Co yang rencananya sebesar 1,8 MTPA selama lima tahun dan 2,5 MTPA untuk 10 tahun berikutnya. Adapun, kesepakatan itu menjadi penanda impor LNG pertama Bangladesh setelah merdeka tahun 1971 silam.

Rencananya, gas dari RasGas akan datang tahun 2018 mendatang seiring rampungnya FSRU pertama perusahaan. “Jika dua FSRU telah rampung, maka kami bisa menerima 7 MTPA,” pungkas Faizulah.

Sementara itu, Direktur Gas Pertamina Yenni Andayani mengatakan, perusahaannya juga telah menawarkan proposal pembangunan infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di samping mengekspor LNG. Namun, rencana itu masih belum didetailkan lebih jauh.

“Adanya kesempatan bagi kami menawarkan proposal kerjasama LNG to power sudah disampaikan, siapa yang akan mengerjakan harus dilihat secara detail,” lanjutnya.

Sebelumnya, Pertamina menyebut bahwa perseroan masih harus mencari pembeli bagi 36 kargo LNG di tahun ini. Sebab, dari 164 kargo LNG yang telah diproduksi, baru 138 kargo saja yang memiliki komitmen pembeli.

Adapun hingga semester I tahun ini, penjualan LNG Pertamina tercatat 258,01 juta MMBTU atau turun 3,22 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 266,60 juta MMBTU.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER