BPPT Klaim Punya Teknologi 'Tolak Impor' Garam

CNN Indonesia
Jumat, 04 Agu 2017 13:07 WIB
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengklaim punya terobosan untuk mempercepat waktu produksi garam, dan mencegah dilakukannya impor.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengklaim punya terobosan untuk mempercepat waktu produksi garam, dan mencegah dilakukannya impor. (ANTARA FOTO/Saiful Bahri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengklaim punya terobosan untuk mempercepat waktu produksi garam, dan mencegah dilakukannya impor oleh pemerintah.

Kepala BPPT Unggul Priyanto berkata, ada sebuah teknologi yang memungkinkan waktu produksi garam dipangkas dari sebelumnya 12 menjadi 4 hari. Teknologi itu bekerja dengan cara mengalirkan air garam secara berputar untuk meningkatkan konsentrasinya.

"Dengan adanya lahan untuk meningkatkan konsentrasi kadar garam, tinggal kristalisasi dalam 4 hari. Perlu lahan cukup luas untuk menampung air laut yang diputar. Begitu konsentrasi tinggi, baru dialihkan ke lahan petani, makanya petani bisa panen dalam 4 hari dari sebelumnya 12 hari," ujar Unggul usai menghadiri rapat di Rumah Dinas Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jakarta, Jumat (4/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penerapan teknologi baru itu akan dicoba di daerah Nusa Tenggara Timur. Nantinya, pelaksanaan sistem produksi baru garam itu akan dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman.

Menurut Unggul, teknologi baru itu akan membawa banyak manfaat untuk masyarakat. Sebabnya, pemanfaatan air sisa produksi dan lahan yang luas dapat dirasakan warga sekitar.

"Misalnya air yang sudah dipakai, bisa ditampung, bisa dimanfaatkan untuk industri. Lahan luas juga bisa ditebar benih untuk makan ikan," tuturnya.

Rencananya, penerapan teknologi produksi garam itu akan diujicoba di beberapa kawasan selain NTT. Daerah yang diproyeksikan menjadi tempat penerapan teknologi baru itu adalah Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Teknologi Agro Industri dan Bioteknologi BPPT Eniyah L. Dewi berkata bahwa kebutuhan lahan untuk produksi optimal garam menggunakan teknologi baru adalah 15 ribu hektar.

Eniyah mengklaim produksi di lahan seluas 15 ribu hektar dapat menghasilkan garam konsumsi hingga 500 ribu ton.

"Untuk menutup garam impor bisa dengan luas 15 ribu hektar, bisa dari petani yang sudah ada atau ekspansi lahan ke daerah timur," kata Eniyah.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER