ANALISIS

Menakar Saham Mitra Keluarga Usai Kasus Bayi Debora

CNN Indonesia
Senin, 18 Sep 2017 12:45 WIB
Mitra Keluarga merupakan perusahaan rumah sakit dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia, yaitu mencapai Rp31,42 triliun.
Kasus bayi Debora diprediksi masih menjadi sentimen negatif bagi Mitra Keluarga untuk jangka pendek. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kasus bayi Debora diprediksi masih menjadi sentimen negatif bagi Mitra Keluarga untuk jangka pendek. Dengan demikian, harga sahamnya pekan ini masih akan bergerak terbatas.

Namun, harga saham tidak akan kembali turun tajam karena penurunannya yang sudah terlalu dalam. Pada perdagangan Selasa (12/9) lalu, harga sahamnya anjlok ke titik terendah dalam sebulan terakhir ke level Rp2.000 per saham.

Namun begitu, harga saham Mitra Keluarga sebenarnya sudah terlihat bangkit (rebound) sejak Rabu (13/9) ke level Rp2.010 per saham dan terus menanjak hingga ke level Rp2.160 per saham pada penutupan akhir pekan lalu, Jumat (15/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi memang kasus ini masih akan menjadi sentimen negatif, atau artinya penahan sentimen positif bagi emiten," ujar Alfred.

Di sisi lain, Kiswoyo meyakini, sentimen negatif ini hanya akan berlaku untuk jangka pendek atau menengah. Ke depannya, harga saham akan bergantung pada keputusan penyelidikan yang dilakukan oleh Dinkes.

"Jangka pendek memang masih suram, untuk jangka panjang masih lihat dulu hasil penyelidikan," kata Kiswoyo.

Pelaku pasar juga akan melihat dampak masalah ini kepada kinerja perusahaan. Jika rumah sakit Mitra Keluarga dikenakan sanksi denda atau pencabutan izin, maka otomatis berdampak buruk bagi pendapatan perusahaan secara konsolidasian.

Selain sanksi secara materi, perusahaan tentu juga akan mendapat sanksi sosial jika terbukti salah melayani pasien. Bila demikian, pengunjung rumah sakit Mitra Keluarga secara keseluruhan berpotensi berkurang dari sebelumnya.

"Ini aksi beli saham bisa semakin sepi, pengunjung juga sepi butuh waktu memulihkan imej positif. Dampaknya ke kinerja perusahaan," terang Kiswoyo.

Menurut Kiswoyo, baik pendapatan dan laba bersih perusahaan pun berpeluang turun pada semester II ini dengan kisaran 15 persen hingga 30 persen.

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER