Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Utama PT Bank DKI Jakarta Kresno Sediarsi mengungkap alasan masyarakat harus membeli kartu uang elektronik (e-money) yang berisi saldo minimal tertentu.
Dengan adanya saldo minimal, masyarakat terdorong untuk menggunakan kartu uang elektroniknya. Selain itu, pengguna juga bakal menghargai kartu
e-money yang dimilikinya.
"Kalau kami memberikan kartu
e-money gratis, begitu habis langsung dibuang," tutur di gelaran Indonesia Banking Expo (IBEX) 2017 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (20/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kresno mengungkapkan, biaya produksi kartu
e-money tergantung dari kapasitas penyimpanan data. Semakin besar kapasitas memori kartu, harga kartu semakin mahal. Untuk kapasitas memori yang rendah, Kresno menyebut, biaya produksi kartu hanya berkisar 30 sen hingga 40 sen dolar per kartu.
"Kalau kartu yang memorinya lebih besar, harga kartunya bisa tidak kurang dari US$1,5 atau sekitar Rp20 ribu-an,"ujarnya.
Selain itu, Kresno juga menjelaskan alasan saldo
e-money tidak bisa dicairkan di Indonesia. Menurut Kresno, jika bank memberikan layanan pencairan, bank harus menyediakan uang tunai di pos-pos penukaran. Tak hanya itu, bank juga harus menambah tenaga sumber daya manusia untuk melayani jasa pencairan saldo uang elektronik.
"Sebenarnya, arah (uang elektronik) ini kan bukan untuk kembali ke
cash (tunai) karena
e-money bukan karcis," ujarnya.
Ke depan, pihaknya mengembangkan aplikasi telepon pintar (smartphone) JakOne yang bisa mengefisienkan penggunaan infrastruktur mesin perekam data elektronic (EDC).
Aplikasi itu memungkinkan penyimpanan uang elektronik berbasis
server. Teknologi tersebut juga memungkinkan pengguna melakukan pembayaran transaksi non-tunai dengan cara memindai QR code di mitra
merchant.
"Pada aplikasi JakOne, dompetnya ada dua, di tabungan dan di kartu uang elektronik. Jadi, kalau nasabah ingin mengembalikan sisa saldo uang elektronik ke tabungan, bisa," ujarnya.
Hingga kini, bank milik pemerintah DKI Jakarta itu diakui telah mengedarkan sekitar 3,2 juta keping kartu uang elektronik bermerek JakCard dan JakOne. Sekitar 60 hingga 70 persen dari jumlah tersebut aktif digunakan transaksi oleh pengguna.