S&P Pangkas Peringkat Utang China

Agustiyanti | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Sep 2017 11:33 WIB
Peringkat utang China turun satu peringkat menjadi A+ seiring makin menumpuknya beban utang dan masih tingginya pertumbuhan kredit di negara tersebut.
Peringkat utang China turun satu peringkat menjadi A+ seiring makin menumpuknya beban utang dan masih tingginya pertumbuhan kredit di negara tersebut. (REUTERS/Carlos Barria)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Pemeringkat Internasional, Standard and Poors (S&P) memangkas peringkat utang China satu tingkat dari AA- menjadi A+. Pemangkasan peringkat tersebut seiring lambatnya upaya China untuk mengurangi risiko penumpukan utang yang cepat  (deleveraging) dan pertumbuhan kredit negara tersebut yang masih terlalu tinggi.

Langkah yang diambil S&P ini menyusul langkah Moody's dan Fitch yang menurunkan penlaiannya mengenai prospek kemampuan pemerintah China untuk membayar utang. Di sisi lain, periode berkepanjangan pertumbuhan kredit yang terlampau kuat, telah meningkatkan risiko keuangan dan ekonomi China.

"Terlepas dari kenyataan bahwa pemerintah China telah menunjukkan tekad yang lebih besar untuk menerapkan kebijakan deleveraging. Kami melihat seluruh kredit di sektor korporasi tetap berada di level 9 persen," ujar Senior Director of Sovereign Ratings S&P Kim Eng Tan, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (23/9).

Menurut Tan, deleveraging kemungkinan akan dilakukan pemerintah China secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan. Adapun, pihaknya sebelumnya berharap delevereging mungkin terjadi di awal tahun ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mengaku tak memiliki jadwal yang ditetapkan untuk kembali meninjau peringkat kredit China. Namun, pihaknya tetap berkewajiban untuk melakukan perubahan ketika terdapat data yang menunjukkan kondisi yang berbeda.

Sementara itu, Kementerian Keuangan China mengatakan penurunan peringkat tersebut merupakan keputusan yang salah. Keputusan itu dianggap mengabaikan kondisi fundamental ekonomi dan perkembangan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.


"China mampu menjaga stabilitas sistem keuangannya melalui pinjaman secara hati-hati, pengawasan pemerintah yang lebih baik, dan pengendalian risiko kredit," jelas Kementerian Keuangan China dalam situs resminya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER