Harga Minyak Turun, Tertekan Referendum Kurdistan

Yuliyanna Fauzi | CNN Indonesia
Jumat, 29 Sep 2017 07:10 WIB
Harga minyak mentah Brent terkena imbas dan kembali melemah hingga 0,9 persen atau US$0,49, dan bersandar di angka US$57,41 per barel.
(REUTERS/Lucy Nicholson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah kembali tergelincir pada perdagangan Kamis (28/9), karena ketegangan di kawasan Kurdistan, Irak bagian utara, menyusul pemungutan suara terkait referendum kemerdekaan wilayah tersebut.

Sentimen negatif tersebut langsung melenyapkan proyeksi sejumlah analis yang memperkirakan harga minyak mentah akan melejit karena mampu mencetak rekor baru dalam dua tahun terakhir.

Ditambah lagi, sebelumnya terdapat sentimen positif dari peningkatan permintaan, sedangkan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) tetap membatasi pasokan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kami telah melakukan perjalanan yang benar-benar mengesankan (dengan rekor baru harga minyak mentah) dan saya pikir kami akan membaik kembali," ujar Robert Yawger, Direktur Bidang Energi Berjangka di Mizuho, New York, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (29/9).

Tercatat, harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) yang kemarin sempat menguat 0,5 persen, kini terkoreksi hingga 1,1 persen. Harga WTI turun sekitar US$0,58 menjadi US$51,56 per barel.

Sedangkan, harga minyak mentah Brent yang kemarin sudah terkoreksi sekitar 1,0 persen, harus kembali melemah hingga 0,9 persen pada penutupan perdagangan kemarin. Harga minyak Brent kemudian bersandar di angka US$57,41 per barel atau turun US$0,49.

Sementara, referendum kemerdekaan Kurdistan terus mendesak agar kawasan tersebut segera lepas bagian dari pemerintahan Irak. Adapun hasil referendum telah bergulir sejak Rabu malam, dengan 93 persen warga Kurdistan ingin merdeka dari Irak.


Namun, referendum tersebut langsung membuat Turki, negara yang berbatasan dengan Kurdistan, mengambil tindakan untuk mencegah kemerdekaan. Salah satunya dengan mengancam akan memotong pipa distribusi minyak mentah.

Rencana tersebut sontak melemahkan harga minyak mentah lantaran berpotensi menimbulkan kekurangan pasokan. Padahal, kawasan Kurdistan dan Irak merupakan produsen minyak. Meski, hingga saat ini, pemerintah Turki masih terus berkomunikasi dengan pemerintah Irak.

"Kurdistan dan Irak utara sekarang mengekspor sekitar 500 ribu sampai 550 ribu barel per hari. Itu akan menjadi kerugian besar bagi pasar," kata Tamas Varga, analis PVM Oil Associates. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER