Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia melanjutkan tren pelemahan dari hari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa (3/10). Pemicunya, aksi ambil untung dari para spekulan di pasar saham, menyusul laporan harga minyak mentah Brent yang cemerlang sepanjang kuartal III 2017.
Dikutip dari Reuters, Rabu (4/10), tercatat harga Brent tumbuh sekitar 20 persen sepanjang kuartal III. Bahkan, sempat menorehkan rekor harga tertinggi mencapai US$59,49 per barel pada pekan lalu.
Nilai itu merupakan yang tertinggi sejak dua tahun belakangan. Meski, setelah itu, harga Brent berangsur turun hingga enam persen sampai memasuki Oktober.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat harga Brent memuncak, spekulan dari kalangan manajer uang dan investasi langsung mendorong para investor untuk menaruh uangnya di pasar minyak Brent.
Sebab, tak hanya dari sisi harga, permintaan dan pasokan Brent juga tengah mendukung. Namun, ketika harga Brent mulai menurun, para spekulan langsung menarik uangnya dan berkontribusi terhadap pelemahan harga Brent.
Hanya saja, pelemahan harga minyak mentah secara umum tak begitu dalam bila dibandingkan penutupan perdagangan Senin (2/10).
Stimulusnya, pernyataan dari Mohammad Barkindo, Sekretaris Jenderal Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC). Ia bilang, OPEC dan non-OPEC akan melanjutkan pembatasan produksi.
Hasilnya, harga minyak mentah Brent turun 0,07 persen menjadi US$55,9 per barel dan minyak mentah Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) turun 0,2 persen menjadi US$50,34 per barel.
(bir)