Jakarta, CNN Indonesia -- Harga saham sejumlah emiten properti diramalkan memiliki kinerja positif pada pekan ini. Penyebabnya tak lepas dari tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang saat ini berada di level 4,25 persen.
Sejak BI menurunkan tingkat suku bunganya dua kali berturut-turut dan mempertahankannya di level 4,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI terakhir pekan lalu, memang belum seluruh perbankan menurunkan suku bunga kreditnya.
Namun, setidaknya keputusan BI memberikan dorongan bagi seluruh perbankan untuk mengubah kebijakan terkait suku bunga kredit dan nantinya akan berimbas pada permintaan kredit properti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masyarakat yang ingin mengajukan kredit properti ada potensi bisa lebih rendah, jadi terbuka ruang bagi pasar properti," ungkap Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, Kevin Juido kepada CNNIndonesia.com, dikutip Senin (23/10).
Dalam hal ini, Kevin memberikan rekomendasi beli (buy) untuk saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Harga saham perusahaan dinilai sudah terlalu murah saat ini. Dengan begitu, ada peluang yang begitu besar bagi saham Summarecon Agung melaju di teritori positif sepanjang pekan.
"Jadi secara teknikal ada pembalikan arah menguat atau bangkit (rebound). Dari pekan lalu harga saham juga sudah di bawah," sambung Kevin.
Bila dilihat, harga saham Summarecon Agung pada pekan lalu memang sudah melaju ke arah yang lebih baik. Secara akumulasi satu pekan lalu, harga saham Sumarecon Agung tercatat naik 2,41 persen ke level Rp1.060 per saham dibandingkan dengan posisi awal pekan lalu di level Rp1.035 per saham.
"Untuk prediksi Summarecon Agung pekan ini untuk
support Rp1.000-Rp1.040 per saham, kemudian
resistance Rp1.110-Rp1.125 per saham," papar Kevin.
Di samping itu, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama juga menempatkan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) dalam posisi
buy. Sama halnya dengan Summarecon Agung, harga saham Pakuwon Jati secara teknikal juga sudah terbilang murah.
"Saat ini, harga telah menyentuh garis tengah dan mengindikasikan adanya potensi stimulus beli," terang Nafan.
Nafan menyatakan, pelaku pasar dapat melakukan akumulasi beli pada level Rp610-Rp620 per saham dengan target harga secara bertahap di level Rp640 per saham dan Rp670 per saham.
Sementara itu, pergerakan harga saham Pakuwon Jati sepanjang pekan lalu terpantau melemah 2,36 persen. Namun, khusus perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (20/10), harga saham Pakuwon Jati menguat tipis 0,81 persen ke level Rp620 per saham.
Adapun, rekomendasi buy emiten properti lainnya jatuh pada PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR). Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai ada potensi bagi perusahaan untuk memberikan imbal hasil (return) positif pada pelaku pasar karena diprediksi menguat.
Pada akhir pekan lalu, harga saham perusahaan berakhir di level Rp725 per saham atau meningkat 2,11 persen dari perdagangan sebelumnya. Sementara, pergerakan harga saham selama satu pekan terlihat stagnan.
"Area akumulasi beli di level Rp695 per saham sampai Rp725 per saham. Area
cut loss bila turun di bawah level Rp680 per saham dan target penguatan ke level Rp755 per saham sampai Rp770 per saham," papar Hans.
Sementara itu, Kevin juga menyarankan agar pelaku pasar melirik saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) karena harga saham perusahaan berpeluang melanjutkan kekuatannya pada pekan ini.
Menurut Kevin, kenaikan harga saham Adhi Karya disebut sebagai spekulasi karena jika dibandingkan dengan emiten konstruksi lainnya, khususnya PT Waskita Karya Tbk (WSKT), pergerakan harga saham Adhi Karya belum terlalu kencang.
Bila dilihat secara fundamental, jelas Kevin, maka sentimen dari nilai kontrak baru perusahaan tidak mempengaruhi harga saham secara signifikan.
"Jumlah kontrak baru Adhi Karya tidak terlalu besar," imbuh Kevin.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Ki Syahgolang memaparkan, perolehan kontrak baru Adhi Karya hingga akhir September 2017 sebesar Rp30 triliun, atau tumbuh tipis dari posisi Agustus 2017 sebesar Rp28,6 triliun. Raihan kontrak baru ini sudah termasuk kontrak baru dari
Light Rail Transit (LRT) Jakarta Bogor Depok Bekasi (Jabodebek) Fase I.
Adapun, harga saham Adhi Karya pada akhir pekan lalu melompat 3,85 persen ke level Rp2.160 per saham. Alhasil, harga saham perusahaan meningkat 2,85 persen sepanjang pekan ketiga bulan Oktober.
"Untuk level area bawah Adhi Karya Rp2.020-Rp2.040 per saham,
resistance nya Rp2.220-Rp2.240 per saham," terang Kevin.
 Foto: CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani |
Saham PGN Bentuk Tren PositifDi sisi lain, sejumlah analis memprediksi saham emiten pelat merah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN masih berada di teritori positif pada pekan ini.
Pergerakan saham PGN telah berbalik arah menguat sejak pertengahan bulan ini atau tepatnya pada Kamis (12/10) lalu. Tak tanggung-tanggung, saham PGN melonjak hingga 12,36 persen ke level Rp1.590 per saham dari sebelumnya Rp1.415 per saham.
Sebelumnya, bila dilihat pada awal bulan Oktober, harga saham PGN berada di level Rp1.560 per saham. Semenjak itu, harga saham perusahaan terus merosot dan sempat menyentuh level Rp1.405 per saham sebelum akhirnya kembali menanjak hingga pekan lalu.
"Jadi sebenarnya PGN naik untuk pekan depan secara teknikal saja, karena turunnya juga sudah parah," ucap Kevin.
Berdasarkan prediksi Kevin, level terbawah untuk harga saham PGN berkisar antara Rp1.580-Rp1.600 per saham. Sementara, target teratas di level Rp1.780-Rp1.850 per saham. Artinya, jika mencapai target, maka harga saham PGN akan melambung tinggi hingga 10,11 persen.
Di sisi lain, Nafan menyatakan, PGN memiliki beberapa prospek bisnis yang dapat menjadi sentimen positif bagi perusahaan, diantaranya kinerja penyaluran gas bumi yang meningkat sepanjang kuartal III 2017.
"Peningkatan sebesar 17 persen jika dibandingkan dengan kuartal II 2017," jelas Nafan.
Kemudian, perusahaan optimis bisa menembus volume target pada akhir tahun ini, atau lebih dari 1.600
million standard cubic feet per day (MMSCFD). Namun begitu, terdapat kebijakan pemerintah yang memberikan efek buruk bagi kinerja perusahaan.
"Pemerintah akan menerbitkan aturan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait margin niaga dan
internal rate of return (IRR) transportasi gas," papar Nafan.
Menurut Nafan, aturan tersebut berisi tentang keputusan pemerintah mengenai rate of return sebesar 11 persen dan margin usaha niaga umum sebesar tujuh persen. Dengan kata lain,
rate of return yang dikantongi perusahaan tak boleh lebih dari yang ditetapkan.
Di sisi lain, analis Oso Sekuritas Riska Afriani melihat pergerakan saham PGN belum dapat dikatakan cukup kuat karena hanya berdasarkan teknikal saja. Sementara itu, secara fundamental belum dikatakan cukup baik.
"Apalagi sebelumnya kan memang volume penjualan PGN juga turun," kata Riska.
Untuk itu, ia tak menempatkan saham BUMN dalam posisi buy untuk pekan depan. Menurutnya, pelaku pasar perlu waspada karena pergerakan harga saham PGN cukup berisiko.