Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengundang perusahaan pemasok bahan bakar minyak (BBM) swasta untuk masuk ke Indonesia sehingga ada banyak pilihan produk dan harga BBM yang lebih efisien.
"Kami memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk menyalurkan BBM sepanjang mengikuti peraturan," ujar Jonan saat meresmikan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Vivo Cilangkap, Jakarta, Kamis (26/10).
Contohnya, PT Vivo Energy Indonesia perusahaan pemasok BBM yang hari ini meresmikan gerai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) perdana di Cilangkap, Jakarta. Perusahaan menjual BBM dengan tiga pilihan kadar oktan (Reserch Oktan Number/RON) yaitu, 89,90, dan 92.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga yang ditawarkan untuk masing-masing produk bersaing dengan produk yang dijual oleh PT Pertamina (Persero). Bahkan, untuk pruduk BBM dengan RON 89 (Revvo 89) dibanderol seharga Rp6.100 per liter. Padahal, harga premium yang hanya memiliki RON 88 dijual seharga Rp6.450 per liter.
"Ini [RON 89] RON-nya sedikit lebih tinggi dan harganya juga sedikit bersaing. Jadi masyarakat juga punya pilihan. Ini sesuai dengan instruksi Bapak Presiden (Joko Widodo)," ujarnya.
Namun, Jonan mengingatkan perusahaan swasta yang ingin menjadi pemasok BBM di Indonesia harus memenuhi persyaratan memiliki gudang penyimpanan (storage).
Dengan masuknya pemain baru, Jonan berharap produsen BBM di Indonesia bisa lebih efisien sehingga bisa menjual dengan harga yang lebih terjangkau.
Corporate Communication Vivo Energy Indonesia Milda Al Jufrie merinci, produk BBM beroktan RON 90 (Revvo 90) dibanderol seharga Rp7.500 per liter dan RON 92 (Revvo 92) Rp8.250 per liter.
Dengan harga jual yang lebih murah dibandingkan pesaing, Milda mengatakan perusahaan tidak merugi.
"Kami di sini untuk berbisnis bukan panti sosial. Jadi kalau untuk rugi, enggak lah," ujarnya.
Milda mengungkapkan, pihaknya berencana membuka tujuh SPBU di wilayah Jabodetabek, dan membangun tiga SPBU di luar Jawa hingga akhir tahun.
"Nilai investasinya tergantung dari aset. Kalau dispenser sekitar Rp10 miliar sampai Rp20 miliar tergantung jumlah dispenser," ujarnya.