Hingga September 2017, BCA Cetak Laba Rp16,8 Triliun

CNN Indonesia
Kamis, 26 Okt 2017 18:45 WIB
Capaian tersebut tumbuh 11,3 persen dibandingkan raupan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), yaitu Rp 13,4 triliun.
Capaian tersebut tumbuh 11,3 persen dibandingkan raupan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), yaitu Rp 13,4 triliun. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan entitas anak membukukan laba bersih Rp16,8 triliun hingga kuartal III 2017. Capaian tersebut tumbuh 11,3 persen dibandingkan raupan periode yang sama tahun lalu (year on year/yoy), yaitu Rp 13,4 triliun.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, peningkatan laba bersih ditopang oleh kenaikan penyaluran kredit dan pendapatan non bunga.

"Manajemen risiko yang prudent (hati-hati) juga merupakan bagian penting dalam upaya mempertahankan pertumbuhan laba yang positif," ujar Jahja dalam konferensi pers di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta, Kamis (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendapatan operasional BCA tercatat tumbuh 5,2 persen dalam sembilan bulan terakhir atau menjadi Rp41,7 triliun. Sebesar Rp30, 97 triliun di antaranya merupakan pedapatan bunga dengan kenaikan 3,4 persen.

Sementara itu, beban operasional perseroan tercatat Rp18,79 atau melonjak 7,1 persen. "Ke depannya, kami akan tetap berhati-hati dan mempertahankan pendekatan bisnis secara prudent," terang Jahja.

Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra menambahkan, dari sisi kredit, total penyalurannya (outstanding) mencapai Rp440 triliun pada akhir September 2017 atau naik 13,9 persen. Pertumbuhan penyaluran kredit perseroan masih di atas industri yang berkisar 7,86 persen. 

Kredit korporasi menjadi penopang utama pertumbuhan kredit BCA dengan realisasi sebesar Rp161,5 triliun atau naik 21,2 persen. Diikuti, kredit konsumer yang meningkat 20,6 persen menjadi Rp128,3 triliun dan kredit komersial dan UKM tumbuh 2,4 persen menjadi Rp150 triliun.

Dalam portofolio kredit konsumer, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) mencatat pertumbuhan sebesar 26,8 persen menjadi Rp78, 8 triliun, berkat penawaran produk dengan struktur tertentu dan tingkat suku bunga yang kompetitif.

Sementara, Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) dan kartu kredit masing-masing meningkat 11,4 persen menjadi Rp38,5 triliun dan 13,4 persen menjadi Rp11 triliun. 

Kendati demikian, penyaluran kredit diikuti dengan penurunan kualitas kredit. Hal itu tercermin dari naiknya rasio kredit bermasalah (NPL) perseroan dari 1,3 persen menjadi 1,5 persen, dengan rasio cadangan kerugian kredit sebesar 190,8 persen.

Adapun pencadangan perseroan melorot 41,7 persen dari Rp3, 14 triliun menjadi Rp1,8 triliun.

Dari sisi pendanaan, Jan mengungkapkan, akumulasi  dana pihak ketiga (DPK) meningkat 16,5 persen menjadi Rp574,4 triliun. Porsi dana murah (CASA) masih mendominasi sebesar 74,5 persen dari total DPK, dengan mencatatkan Rp428  triliun atau naik 11 persen dibanding dengan posisi akhir September 2016.

Apabila dirinci, dana CASA BCA, dana giro tumbuh 14,7 persen menjadi Rp 144,7 triliun, dana tabungan naik 9,3 persen menjadi Rp283,3 triliun. Sementara, deposito naik 36 persen menjadi Rp146, 4 triliun.

Dari sisi likuiditas terbilang longgar dengan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Fund Ratio/LFR) tercatat sebesar  74,7 persen. Sedangkan, rasio kecukupan modal (capital to asset rasio) sebesar 23,6 persen.

Perseroan juga mencatatkan kenaikan total aset sebesar 12,1 persen dari Rp738,2 triliun menjadi Rp739, 88 triliun per akhir kuartal 2017.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER