Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah Brent ditutup pada level tertinggi dalam 27 bulan pada perdagangan Kamis (26/10) karena pasar lebih fokus terhadap pernyataan Arab Saudi yang ingin mengakhiri penurunan pasokan global ketimbang lonjakan persediaan minyak mentah AS yang tak terduga.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak Brent berjangka naik 86 sen atau 1,5 persen, untuk menetap di US$59,30 per barel, penutupan tertinggi sejak 3 Juli 2015.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 46 sen atau 0,9 persen, untuk bertahan pada level tertinggi enam bulan di level US$52,64, penutupan tertinggi sejak 17 April.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kenaikan hari Kamis, Brent berjangka naik tiga hari berturut-turut menyusul komentar di awal minggu dari Arab Saudi bahwa Negara Kerajaan tersebut bertekad untuk mengakhiri banjir pasokan global yang telah membebani harga lebih dari tiga tahun.
"Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua produsen, negara-negara OPEC dan non-OPEC. Kami akan mendukung apapun untuk menstabilkan permintaan dan pasokan minyak," kata Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammad bin Salman.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), ditambah Rusia dan sembilan produsen lainnya, telah mengurangi produksi minyak sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) sejak Januari. Pakta tersebut berjalan sampai Maret 2018, namun mereka mempertimbangkan untuk memperpanjangnya.
"Ketika Anda memasangkan apa yang Mohammed Bin Salman katakan bersama dengan pernyataan Putin, Anda harus menyadari bahwa kita memiliki dua produsen minyak terbesar yang pada dasarnya menaruh harapan pada perpanjangan pemangkasan produksi sampai akhir 2018," Rob Thummel, Manajer Portofolio Tortoise Capital Advisors.
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kesepakatan pemangkasan pasokan minyak dapat diperpanjang sampai akhir 2018, meskipun para menteri dalam OPEC belum memberikan komitmen khusus untuk melakukannya.
OPEC dijadwalkan akan menggelar pertemuan pada 30 November di Wina, Austria.
Di sisi lain, data Administrasi Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah Negeri Paman Sam naik 856 ribu barel pekan lalu, berbalik dari perkiraan analis yang memprediksi penarikan stok 2,6 juta barel.
(gir)