Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah berhasil menguat pada penutupan perdagangan Senin (30/10) karena pengaruh sinyal perpanjangan pembatasan produksi minyak dari Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) dan Non OPEC.
Dikutip dari
Reuters, harga minyak mentah Brent menguat US$0,46 per barel atau 0,76 persen menjadi US$60,9 per barel. Penguatan harga Brent tercatat telah meningkat hampir 9,5 persen dalam 16 hari terakhir dan merupakan yang tertinggi sejak Juli 2015.
Sedangkan harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) merangkak US$0,25 per barel atau sekitar 0,46 persen menjadi US$54,15 per barel. Penguatannya mencapai 10 persen dalam 16 hari terakhir dan merupakan yang tertinggi sejak 23 Februari 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
OPEC sendiri telah menerapkan pembatasan produksi minyak mentah sekitar 1,8 juta barel per hari (bph) sejak awal tahun ini sampai Maret 2018. Namun, diperkirakan akan kembali menyepakati pembatasan produksi setelah keputusan itu berakhir.
Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan, Rusia dan Arab Saudi telah memberi dukungan untuk meneruskan pembatasan produksi tersebut.
Adapun Pangeran Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman telah menyatakan dukungan kerajaan untuk perpanjangan pembatasan itu. Namun, pernyataan resmi baru akan diambil pada pertemuan di Wina, Austria pada 30 November mendatang.
"Pasar telah
rally cukup signifikan dan saya pikir itu didasarkan pada fakta bahwa Arab Saudi dan Rusia akan melanjutkan kesepakatan pemotongan," kata Gene McGillian, Manajer Penelitian di Tradition Energy di Stamford, Conn.
Salah satu bank dan lembaga investasi dunia, J.P. Morgan memperkirakan, harga minyak mentah Brent dan WTI masing-masing akan berada di angka US$58 per barel dan US$54,63 per barel pada tahun depan.
Perkiraan ini telah memperhitungkan pembatasan produksi minyak mentah oleh OPEC dan Non OPEC, serta memperkirakan pertumbuhan permintaan yang lebih tinggi dari pasar.
Sementara, para produsen memperkirakan, harga minyak mentah Brent tak akan melambung terlalu jauh karena adanya peningkatan ekspor dari Irak. Tercatat, ekspor Irak meningkat sekitar 900 ribu bph menjadi 4,6 juta bph dari pelabuhan selatan Irak.
Peningkatan ini dilakukan Irak untuk menutup kekurangan pasokan setelah ladang minyak di Kota Kirkuk sempat seret karena referendum kemerdekaan Kurdistan.
(agi)