Jakarta, CNN Indonesia -- Laba dua emiten rokok raksasa di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan PT Gudang Garam Tbk, boleh dibilang suam-suam kuku.
Tengoklah, HM Sampoerna cuma membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 2,75 persen, yaitu dari Rp9,08 triliun pada kuartal ketiga 2016 menjadi sebesar Rp9,33 triliun pada periode yang sama tahun ini.
Kenaikan laba bersih Gudang Garam masih lebih mengilap, yakni 17,6 persen menjadi Rp5,41 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, kinerja emiten rokok dibawah estimasi pasar.
Hal ini tak terlepas dari beban pajak yang terus bertambah setiap tahun. “Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) jelas berpengaruh pada laba bersih emiten rokok. Walaupun, sebenarnya kenaikan CHT ditransfer lagi ke harga jual rokoknya,” ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (31/10).
Namun demikian, di tengah lesunya daya beli masyarakat, produsen tidak bisa serta merta mengerek harga jual rokok. Untuk menyiasatinya, maka masing-masing perseroan perlu meningkatkan pangsa pasarnya.
"Kalau harga terlalu tinggi nanti tidak diminati. Jadi, untuk mereduksi harga jual, mereka memperluas pangsa pasar," imbuh Reza.
Sementara itu, beban pokok penjualan juga terlihat meningkat. Misalnya, beban HM Sampoerna yang naik 3,03 persen menjadi Rp54,7 triliun dari sebelumnya Rp53,09 triliun. Kemudian, beban Gudang Garam naik 9,57 persen menjadi Rp48,4 triliun.
Di sisi lain, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bahaya rokok saat ini terbilang semakin tinggi. Ditambah, pembatasan merokok di tempat umum juga ikut memengaruhi volume penjualan rokok.
"Masih tumbuh volume penjualan, tapi tipis. Batasan merokok dan iklan bahaya rokok itu memengaruhi orang mengonsumsi rokok," tutur Reza.
Beruntung, emiten berkode HMSP masih mampu menumbuhkan jumlah asetnya hingga akhir September menjadi Rp46,54 triliun. Berbeda dengan Gudang Garam yang membukukan penurunan aset 0,25 persen dari Rp62,95 triliun menjadi Rp62,79 triliun.
Usulan Trading Saham Melihat kinerja dua emiten rokok ini, Reza menyarankan agar saham HM Sampoerna dan Gudang Garam hanya ditransaksikan beli (buy) untuk perdagangan harian saja atau disebut dengan trading.
"Karena, ke depan masih harus lihat sentimennya lagi," imbuh dia.
Kinerja yang masih di bawah estimasi pelaku pasar diprediksi membuat pergerakan harga saham kedua emiten ini terhambat, sehingga tak bisa memberikan keuntungan yang signifikan kepada pelaku pasar.
"Dengan kondisi yang ada, ini membuat harga saham mereka tidak bisa tumbuh tinggi," ucapnya.
Bila dilihat, harga saham HM Sampoerna dan Gudang Garam hari ini berada dalam teritori positif. Bahkan, pada pukul 14.40 WIB, harga saham keduanya naik masing-masing 1,03 persen ke level Rp3.940 per saham dan 2,7 persen ke level Rp69.500 per saham.
(bir)