Data Ritel Memburuk, BPS Sebut PHK Belum Masif

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Senin, 06 Nov 2017 17:01 WIB
Hingga saat ini, BPS mengaku belum mencatat ada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di sektor ritel hingga Agustus 2017.
Hingga saat ini, BPS mengaku belum mencatat adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di sektor ritel hingga Agustus 2017. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, lesunya sektor ritel yang berdampak terhadap Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) belum terlihat signifikan pada Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Agustus 2017. Gelombang PHK pada sektor tersebut pun disebut BPS belum terlalu masif.

Deputi bidang Statistik Sosial BPS Sairi Hasbullah mengatakan, sampai saat ini instansinya mengaku masih belum mencatat adanya PHK besar-besaran di sektor ritel. Meski demikian, ada kemungkinan data ini baru tercermin di tahun 2018 jika memang sektor ini mengalami perlambatan.

“Kami tidak lihat di perdagangan tidak ada masalah, belum ada PHK besar-besaran dari ritel. Untuk tahun depan, mungkin tergantung dari kondisi ritel saat ini hingga Februari mendatang akan seperti apa,” papar Sairi di Gedung BPS, Senin (6/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sairi menyebut, penyerapan sektor perdagangan secara keseluruhan justru tak memiliki masalah. Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah pekerja di sektor perdagangan pada Agustus 2017 tercatat 28,17 juta orang atau meningkat 5,54 persen dibanding periode yang sama sebelumnya 26,69 juta orang.

Adapun pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor pada kuartal tiga masih tumbuh 3 persen dibanding kuartal sebelumnya (q-to-q). Pertumbuhan tersebut naik sedikit dibanding kuartal dua yang tumbuh 2,86 persen.

Sementara itu, data Nielsen mencatat, pertumbuhan sektor ritel yang terdiri dari barang konsumsi kemasan hingga kuartal tiga (year to date) hanya mencapai 2,7 persen. Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor tersebut setiap tahunnya dalam lima tahun terakhir yang mampu mencapai sekitar 11 persen.
Sairi justru menyebut, sektor yang masih kewalahan dalam menyerap tenaga kerja saat ini adalah sektor pertanian, di mana jumlah pekerja sektor tersebut turun dari 37,77 juta orang di Agustus 2016 ke angka 35,93 juta orang di Agustus 2017. Menurut Sairi, ini disebabkan karena sebagian besar pekerja bergeser ke sektor lain seperti jasa atau industri manufaktur.

“Lalu ada juga stagnasi penyerapan tenaga kerja dari sektor konstruksi meski bertumbuh dari 7,98 juta orang ke angka 8,14 juta orang. Mungkin ini disebabkan karena banyak proyek infrastruktur yang hampir rampung, jadi ada penahanan dari sisi penyerapan tenaga kerja. Untuk ritel sendiri, kami lihat tak ada masalah,” paparnya.

Sekadar informasi, Tingkat Pengangguran Terbuka pada bulan Agustus 2017 tercatat di angka 7,04 juta jiwa, atau 5,5 persen atau menurun dibanding Agustus 2016 yakni 5,61 persen dari total angkatan kerja sebanyak 128,06 juta jiwa. Angka ini meningkat 10 ribu orang dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan kenaikan jumlah angkatan kerja sebanyak 2,08 persen dari angka 125,44 juta di tahun lalu. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER