Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian besar pembaca
CNNIndonesia.com mengaku paling banyak membelanjakan uang untuk membeli produk barang seperti pangan dan sandang, ketimbang untuk berwisata dan investasi.
Berdasarkan jajak pendapat (
polling) yang diikuti 386 responden pada Senin (6/11) kemarin, sebanyak 55 persen responden memilih membelanjakan uang untuk barang (pangan dan sandang).
Kemudian sebanyak 27 persen responden memilih menghamburkan uang untuk berwisata. Sementara sisanya, sebanyak 18 persen responden menggunakan uang untuk investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembaga survei, Nielsen mencatat, pertumbuhan industri ritel secara keseluruhan pada September 2017 hanya tumbuh 3,8 persen dari bulan sebelumnya (
month to month/mtm). Pertumbuhan tersebut jauh berada di bawah rata-rata pertumbuhan ritel yang biasanya mencapai 10-11 persen.
Nielsen pun menenggarai, salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan ritel adalah daya beli masyarakat menengah terhadap produk-produk tersebut yang tergerus. Padahal, kelompok tersebut memegang porsi paling besar konsumsi barang tersebut di tanah air.
"Gaji mereka tidak turun, karena kan UMP (Upah Minimum Provinsi/UMP) terus naik. Tapi mungkin pendapatan seperti lembur, komisi, dan lainnya berkurang, sedangkan biaya hidup meningkat," ungkap Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin.
Di sisi lain, kelompok masyarakat menengah ke atas masih memperlihatkan daya beli yang solid. Hal ini terlihat dari hasil survei Nielsen terkait industri Food and Beverage yang secara keseluruhan tumbuh 38 persen sepanjang tahun ini.
Bisnis restoran tumbuh 34 persen, bisnis makanan cepat saji tumbuh 41 persen, gerai makanan lainnya sebesar 28 persen.
Survei Nielsen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan penjualan barang konsumsi kemasan (Fast Moving Consumer Good/FMCG) di tahun ini bukan semata-mata dipengaruhi langsung oleh bertumbuhnya
e-commerce di Indonesia.
Pasalnya, penjualan FMCG melalui
e-commerce hanya mencapai 1 persen dibandingkan dengan penjualan
offline secara total.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat, porsi pendapatan masyarakat yang disisihkan untuk konsumsi semakin menurun. Pada bulan Oktober, rasio konsumsi terhadap pendapatan berada di angka 65,7 persen atau melemah dari posisi September yakni 66,4 persen.
Hal itu terlihat dari Survei Konsumen Bank Indonesia edisi bulan Oktober 2017. Berdasarkan hasil survei tersebut, turunnya porsi konsumsi masyarakat merupakan implikasi dari melemahnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menjelang akhir tahun 2018.
IKK di bulan Oktober sendiri tercatat 120,7 atau lebih rendah dibanding September yakni 123,8. Pelemahan IKK dikarenakan persepsi masyarakat akan kondisi saat ini dan akan datang juga tidak menunjukkan sinyal positif.
(gir)