Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menilai, suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) yang saat ini berada di angka 4,25 persen sudah cukup ampuh mendorong aliran investasi untuk masuk ke Tanah Air.
Hal ini terlihat dari pertumbuhan indikator investasi yang juga telah mengalami pertumbuhan pada kuartal III 2017, seiring dengan dilakukannya penurunan 7DRRR tersebut.
Bahkan, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, tingkat suku bunga sampai November ini lebih rendah dibandingkan masa temper tantrum pada 2012 silam, yaitu saat Amerika Serikat (AS) melakukan ancang-ancang menurunkan stimulus moneternya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi suku bunga kami di 2012 tidak sampai 4,25 persen. Jadi kalau sekarang sudah cukup rendah dan sudah cukup untuk mendorong investasi," ujar Mirza di kawasan Sudirman, Senin (20/11).
Suku bunga rendah itu terjadi karena beberapa faktor. Pertama, inflasi rendah di angka 0,01 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Oktober 2017. Sementara secara tahun kalender (year-to-date/ytd) sebesar 2,67 persen dan sebesar 3,58 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
Kedua, kinerja perdagangan ekspor dan impor yang sudah membaik. Ia mnecatat, saat ini kinerja ekspor dan impor sudah mencapai 1,7 persen sampai 1,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Meski, dulu di kuartal II 2013 itu bisa sampai 4,2 persen dari PDB. Tahun depan diperkirakan antara 2,0-2,3 persen dari PDB. Ini masih angka yang sehat," katanya.
Ketiga, pengendalian fiskal yang sehat dari pemerintah. Hal ini tercermin pula dari porsi utang luar negeri yang hanya sekitar 34 persen dari PDB. Menurutnya hal ini sudah cukup baik.
"Ini yang membuat BI sudah menurunkan bunga 8 kali sejak Januari 2016, di tengah The Fed yang justru menaikkan bunga sebanyak 3 kali dan kemungkinan Desember nanti bisa 4 kali. Tapi nyatanya BI bisa menurunkan suku bunga sebanyak 8 kali. Total sebanyak 2 persen," tegasnya.
Namun, Mirza melihat ruang BI untuk menurunkan suku bunga acuan pada tahun depan tak ada lagi. Sebab, BI perlu memperhitungan dengan matang dampak dari kenaikan suku bunga The Federal Reserve yang akan naik pada akhir tahun ini.
"Ke depannya, sudah cukup sampai tahun depan," pungkasnya.
(gir)