Jakarta, CNN Indonesia -- Realestat Indonesia (REI) memperkirakan pertumbuhan sektor properti tahun depan bakal cenderung stagnan, dipicu kondisi tahun politik yang menahan minat pelaku usaha dan investor berekspansi.
Pasalnya, meskipun perekonomian diyakini bakal melaju lebih kencang dibandingkan tahun ini, tahun depan merupakan tahun politik.
Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Bidang Tata Ruang dan Properti Ramah Lingkungan Hari Ganie mengungkapkan, meski pertumbuhan ekonomi diyakini melaju kencang, pelaku usaha dan investor diperkirakan cenderung menahan diri untuk berekspansi pada tahun kampanye politik. Imbasnya, pertumbuhan sektor properti akan tertahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami inginnya juga bergerak, masa kami ingin stagnan begitu saja, tetapi kondisi politik kami tidak bisa perkirakan. Hal yang jelas tahun depan sudah mulai tahun politik (yang) menjadi kekhawatiran bagi kami pelaku usaha," tutur Hari di Jakarta, Selasa (21/11).
Potensi permintaan properti di Indonesia sebenarnya masih sangat besar. Hal itu ditopang oleh jumlah penduduk yang terus tumbuh. Namun, Heri mengingatkan permintaan itu belum tentu ditopang oleh daya beli.
Tak ayal, hingga kini, masih banyak penduduk yang belum memiliki rumah. Pemerintah mencatat setidaknya masih diperlukan 13,5 juta unit rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat (backlog).
Selain itu, lanjut Heri, masyarakat yang memiliki daya beli juga belum tentu menggunakan materinya untuk memenuhi kebutuhan.
"Tahun ini, orang-orang dari kalangan menengah ke atas punya duit tetapi mereka tidak mau membelanjakan duitnya, lebih banyak disimpan di bank," jelasnya.
Karenanya, Heri berharap, pemerintah tetap konsisten dalam menjalankan proyek infrastruktur. Dengan demikian, sektor properti juga akan ikut bergerak.
Untuk tahun ini, pelaku sektor properti masih berusaha pulih. Heri optimistis bisa mencapai bahkan melampaui target program sejuta rumah.
Per November 2017, Heri mengungkapkan anggota REI telah mencapai 70 hingga 80 persen dari target pembangunan rumah rakyat atau hunian untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) yang sekitar 200 ribu unit.
(lav)