Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pegadaian (Persero) siap menerbitkan instrumen obligasi pada kuartal I 2018 dengan target perolehan dana mencapai Rp3,5 triliun. Angka ini meningkat dari penerbitan obligasi tahun ini yang sebesar Rp2,5 triliun.
Direktur Keuangan Pegadaian Teguh Wahyono mengatakan, perusahaan sebenarnya telah mengantongi izin penerbitan obligasi sebesar Rp6 triliun dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, penerbitan awal sengaja hanya Rp2,5 triliun karena kebutuhan perusahaan hanya sekitar angka itu. Sisanya, Rp3,5 triliun akan ditawarkan awal tahun depan.
"Sebenarnya izinnya sudah dari OJK. Itu tinggal dikeluarkan saja dalam waktu dua minggu. Tapi kami mau tahun depan," ujar Teguh di kawasan Cikini, Selasa (21/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati begitu, Teguh bilang, penerbitan obligasi yang direncanakan pada kuartal I tahun depan tetap akan memperhatikan kondisi pasar.
"Akan kami tunjuk advisor dan underwriter-nya kapan waktu yang pas untuk terbitkan obligasi. Dananya untuk mendukung outstanding loan kami," imbuhnya.
Lebih lanjut, Teguh mengatakan, obligasi Rp3,5 triliun tersebut akan digunakan untuk menjamin kecukupan kebutuhan pendanaan perusahaan pada tahun depan.
Nilai kebutuhan dana diperkirakan sekitar Rp7,2 triliun karena tingginya kebutuhan investasi digital perusahaan. Perusahaan masih memiliki kecukupan dana internal sekitar Rp2 triliun untuk tahun depan. Alhasil, celah pendanaan untuk tahun depan tinggal Rp5,2 triliun.
"Nah, sekitar Rp3,5 triliunnya akan ditutup dari obligasi ini. Sisanya mungkin pinjaman bank (sekitar Rp1,7 triliun)," imbuhnya.
Terkait pinjaman bank, Teguh bilang, perseroan kemungkinan akan mengajukan pinjaman perbankan yang telah bekerjasama dengan perseroaan saat ini. Namun, perusahaan tetap melihat tawaran suku bunga pinjaman dari perbankan.
"Untuk penarikan pinjaman bank, kami lihat kondisinya juga, kapan akan ditariknya," tuturnya.
Saat ini, sekitar 80 persen pinjaman bank didominasi oleh dana perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sedangkan sisanya sebanyak 20 persen berasal dari perbankan swasta.
Selain itu, Teguh bilang, perusahaan masih punya platform pinjaman yang masih bisa diambil sekitar Rp10 triliun dari perbankan BUMN dan swasta sampai tahun depan.
(lav)