Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total penghimpunan dana (
fundraising) melalui pasar modal sepanjang Januari hingga 17 November 2017 telah mencapai Rp217 triliun. Angka itu melonjak 11,05 persen dibandingkan capaian sepanjang tahun lalu, Rp195,4 triliun.
Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK, Imansyah mengungkapkan, kenaikan itu terjadi karena ada tren penurunan imbal hasil (
yield) di pasar modal. Akibatnya, biaya untuk memperoleh dana cenderung lebih murah dibandingkan perbankan.
"
Yield [pasar modal] itu kan semakin turun. Berarti kan biaya untuk mendapatkan dana di pasar modal semakin murah,"tutur Imansyah dalam acara diskusi dengan wartawan di Gedung Soemitro Djojohadikusumo, Jumat (24/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun penghimpunan dana yang dihimpun pasar modal moncer, Imansyah menilai likuditas perbankan belum terganggu. Pada Oktober, rasio pinjaman terhadap simpanan perbankan (LDR) tercatat 88,68 persen atau turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 88,74 persen.
"Kondisi ini tidak menjadi tekanan bagi likuiditas perbankan. Saya melihat dua-duanya tumbuh positif," ujarnya.
Jika dirinci, penghimpunan dana terbesar berasal dari penerbitan surat utang korporasi dan sukuk yang jumlahnya mencapai Rp145 triliun. Setelah itu, penghimpunan dana dari penerbitan saham baru korporasi mengekor sebesar Rp66 triliun dan penerbitan saham perdana (IPO) sebesar Rp6 triliun.
Penghimpunan dana didominasi oleh emiten di sektor jasa keuangan dengan porsi sebesar 45,21 persen dan pertambangan (20,69 persen). Penggunaan dana hasil penawaran umum sebagian besar digunakan untuk modal kerja dan restrukturisasi utang.
Tahun depan, OJK menargetkan penghimpunan dana mencapai Rp673,94 triliun. Hal ini sejalan dengan kebutuhan biaya pembangunan infrastruktur atau program strategis pemerintah tahun 2015-2019 yang ditaksir mencapai Rp4.197 triliun.
Target penghimpunan dana pasar modal tahun depan terdiri dari Surat berharga Negara (SBN) Rp414,5 triliun, dan Rp259,44 triliun sisanya berasal dari IPO, rights issue, RDPT, dan DIRE sukuk/obligasi korporasi.
(gir/gir)