Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) tergelincir lebih dari 1 persen pada perdagangan awal pekan ini, Senin (27/11).
Dikutip dari
Reuters, pemicunya berasal dari rencana beroperasinya kembali pipa minyak mentah Keystone yang sempat terhenti beberapa waktu terakhir.
Selain itu, ketidakpastian posisi Rusia dalam rencana perpanjangangan komitmen pemangkasan produksi minyak mentah pada pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pekan ini juga menjadi sentimen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operator pipa minyak Keystone,TransCanada Corp, menyatakan bakal mengoperasikan kembali pipa minyak Keystone pada Selasa (28/11), waktu setempat, pasca mengantongi izin dari regulator AS.
Sebelumnya, operasional pipa yang dialiri 590 ribu barel per hari ini terhenti sejak 16 November 2017 lalu setelah terjadi kebocoran 5 ribu barel minyak di Dakota Selatan.
Keystone merupakan salah satu pipa utama yang mengalirkan ekspor minyak Kanada dari ladang minyak Alberta ke kilang-kilang di AS.
Harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) merosot US$0,84 atau 1,4 persen menjadi US$58,11 per barel. Sebagai pengingat, pada Jumat pekan lalu, harga minyak WTI sempat menyentuh US$59,05 persen barel, tertinggi sejak pertengahan 2015, pasca kebocoran pipa Keystone.
Sementara, harga minyak acuan Brent berjangka turun tipis US$0,02 menjadi US$63,84 per barel.
Di perdagangan pasca penyelesaian (post-settlement) spread harga minyak mentah AS awal bulan menyentuh titik terendah pada musim ini dengan minus US$0,01 per barel, setelah TransCanada mengumumkan beroperasinya kembali Keystone.
Harga minyak mentah terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir berkat kesepakatan pemangkasan produksi OPEC, Rusia, dan beberapa negara lain. Komitmen pemangkasan sebesar 1,8 juta barel per hari itu telah dijalankan sejak awal tahun ini dan berakhir pada Maret 2018.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak mendorong produsen minyak AS untuk memproduksi minyak lebih banyak.
Rencananya, OPEC dan sekutunya bakal mengadakan pertemuan pada 30 November 2017 mendatang di Wina, Austria. Kebanyakan analis memperkirakan OPEC akan memperpanjang komitmen pemangkasan produksi minyak tersebut.
Pada Jumat lalu, Rusia mengatakan siap mendukung kesepakatan untuk mengurangi produksi. Namun, Rusia belum memberikan jangka waktu sampai kapan pemangkasan itu akan diperpanjang.
Kemarin, Rusia memberikan sinyal bahwa ada kemungkinan negara yang dipimpin Vladimir Putin itu tidak bisa mengikuti rencana perpanjangan komitmen pemangkasan produksi itu. Pasalnya, produksi minyak dari proyek Rusia Sakhalin diperkirakan naik sekitar seperempat dari sekarang menjadi 250 ribu hingga 260 ribu barel per hari mulai Januari 2018.
"Kita sedang memainkan permainan di ruang tamu OPEC. Diamnya orang Rusia soal minat mereka terhadap kesepakatan OPEC sedikit menganggu," ujar partner Again Capital LLC John Kilduff di New York.
Panel kerja OPEC menyimpulkan, pasar minyak dunia akan menemukan keseimbangan baru paling cepat pada Juni 2018. Hal ini memberikan sinyal perlunya perpanjangan kesepakatan pemangkasan produksi hingga tahun depan.
Analis Barclays memperkirakan perpanjangan kesepakatan bisa terjadi untuk enam hingga sembilan bulan. Namun, hal ni telah diperkirakan secara luas, sehingga harga minyak kemungkinan bakal tetap turun pasca pertemuan OPEC.
(gir)