TOP TALKS

Mimpi Menggenggam Freeport ala Holding BUMN Tambang

Agustiyanti | CNN Indonesia
Senin, 04 Des 2017 11:04 WIB
Berbekal modal Rp64 triliun, holding ini memiliki tugas menuntaskan ambisi pemerintah mengambil alih saham PT Freeport Indonesia yang bakal didivestasi.
Berbekal modal Rp64 triliun, holding pimpinan Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin ini memiliki tugas menuntaskan ambisi pemerintah mengambil alih saham PT Freeport Indonesia yang bakal didivestasi. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Holding BUMN tambang kini resmi berdiri dibawah pimpinan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) sebagai induk usaha, membawahi PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk. Berbekal modal Rp64 triliun, holding ini memiliki tugas menuntaskan ambisi pemerintah mengambil alih saham PT Freeport Indonesia yang bakal didivestasi.

Saat ini, negosiasi harga pun terus berlangsung antara Pemerintah Indonesia dengan Freeport McMoRan. Inalum yang kini sudah memegang 9,36 persen saham Freeport Indonesia pun menyatakan siap dan mampu mengambil alih saham yang harus didivestasi Freeport.

Kendati pengambilalihan Freeport menjadi salah satu misi besar holding, pembentukan holding tak terlepas dari keinginan pemerintah untuk mendorong efisiensi pada BUMN tambang. Dalam jangka panjang, holding juga berambisi untuk menguasai pangsa mineral dan batu bara di Tanah Air yang saat ini hanya dikuasai sekitar 7 persen - 20 persen oleh holding BUMN tambang. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa saja ambisi holding BUMN tambang, dan langkah apa yang disiapkan? Berikut petikan wawancara CNNIndonesia.com dengan Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin di dalam kendaraan menuju kantornya di daerah Sudirman, usai konferensi pers peresmian holding pada Rabu (29/11) lalu.

Holding BUMN tambang kini resmi berdiri dibawah pimpinan PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) sebagai induk usaha, membawahi PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk. (CNN Indonesia/Hesti Rika).

Holding kan sudah resmi terbentuk dengan pengalihan saham Antam, Timah, dan PTBA. Apalagi proses yang akan dilakukan?

Kami benar-benar harus mulai integrasikan supaya efektif, efisien hasilnya, tidak memperpanjang birokrasi. Kami belajar, gagalnya holding apa? Bukannya malah kompak, malah serabutan. Bukannya malah sinergi, malah tambah birokrasi. Organisasi bukannya malah efisien, malah tambah besar. Ini tidak kami inginkan.

Bukannya tiga perusahaan tambang ini kan disebut akan dapat perlakuan yang sama, seperti ketika jadi BUMN? Lalu di mana efisiensinya dari sisi birokrasi?

Dari sisi persetujuan, keputusan tidak mesti semuanya di Kementerian BUMN. Kan sekarang banyak keputusan yang harus ke Kementerian BUMN. Itu nanti ada yang bisa ke kami saja, sehingga lebih cepat. Misalnya operasional, belanja modal, investasi, joint venture, itu persetujuannya bisa cukup dengan kami.

Kemarin bapak bilang, ada keinginan BUMN tambang untuk menguasai pangsa minerba di Indonesia. Ada target khusus?

Kami akan buat business plan tiga bulan ini. Jadi, ini kami konsentrasi untuk bangun dulu, tiga bulan ini kami akan buat business plan-nya, termasuk integrasi bisnis. 

Sekarang ini kan mereka (Antam, Timah, PTBA) juga ada yang memiliki  bisnis yang sama. Apa akan ada pemindahan bisnis?

Harusnya dikonsolidasikan, nanti di dalam plan yang tiga bulan ini.

Seberapa besar holding ini mendorong efisiensi perusahaan tambang negara?

Saya kasih contoh nih ya, saat ini Antam, Timah, PTBA, sama Freeport gali-gali kan ya. Kalau dia gali-gali pakai kontraktor tambang, itu bisa 60 persen dari biaya operasional, bicara soal triliunan. Itu dari pada kami kasih ke yang lain, lebih baik kami bikin saja perusahaan sendiri, kontraktor pertambangan dimiliki mereka. Jadi, masuk skala ekonominya, jadi besar.

Kemudian, misalnya kami ingin punya head office, kami bisa patungan. Sekarang kami sudah ada yang jadi, perusahaan pengolahan limbah. Kami buat berempat.

Termasuk smelter?

Smelter juga bisa bareng-bareng.

Apa ada rencana perubahan kebijakan lainnya setelah holding terbentuk, dividen misalnya?

Kami tidak ada rencana secara drastis mengubah kebijakan dividen. Karena kami juga tahu kebijakan dividen yang baik penting untuk investor dan kestabilan aset. Kalau nggak salah 30 persen - 35 persen akan kami pertahankan dividennya seperti itu.

Saya juga bilang ke teman-teman Inalum, walaupun Inalum punya bisnis sendiri, tapi tambahan beban sebagai holding itu harusnya seperempat atau seperlima dari dividen yang kami dapat dari teman-teman holding lainnya. Jadi, harusnya lebih banyak income dari pada expense-nya.

Inalum kan saat ini operational holding, ada rencana berubah bentuk menjadi investment holding?

Kami ini istilahnya startegic holding, jadi kami hanya main di tataran strategi, nanti yang terusin di bawahnya. 

Tidak ada rencana diubah?

Kalau saya bilang seperti ini dulu deh dalam lima tahun ini, setelah itu di-review.

Bagaimana posisi keuangan Inalum setelah holding terbentuk?

Kami aset jadi sekitar Rp90 triliun, ekuitas totalnya bisa sekitar Rp64 triliun. Di perbankan DER (debt to equity ratio) bisa sampai 3 kali.

Mampu ambil alih saham Freeport?

Mampu. DER kami masih rendah, total masih 0,56 persen dari total modal. Jadi saya masih punya 2,5 kali lah, masih ada sekitar Rp150 triliun.

Sejauh mana progres pembeliah saham Freeport?

Saya sudah tanda tangan non disclosure agreement, jadi tidak boleh banyak ngomong soal Freeport. Tapi, sejauh ini progres-nya bagus, mudah-mudahan saudaranya bisa cepat tambah.

Ada rencana aksi korporasi oleh holding dalam waktu dekat? Misalnya, obligasi korporasi?

Saya rasa kapasitas modal kami saat ini masih cukup, sehingga belum perlu.

Setelah Freeport, ada rencana akuisisi yang lain?

Iya dong. Nanti kami lihat, kan banyak yang kontrak karyanya habis. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER