Jakarta, CNN Indonesia -- PPA Kapital, anak usaha dari PT PPA (Persero), memproyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun depan berada dalam tren pelemahan. Bahkan, peluang penurunan IHSG diproyeksi hingga di level sekitar 5.400-5.500.
Chief Economist Research & Advisory PPA Kapital Ferry Latuhihin menjelaskan, potensi pelemahan ini disebabkan kondisi fundamental ekonomi yang belum menunjukan perbaikan berarti jelang akhir tahun ini.
"Tingkat konsumsi melemah, penyaluran kredit lemah," ungkap Ferry, Selasa (5/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui, tingkat konsumsi masyarakat sejak awal tahun diakui melemah oleh Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo). Terbukti, penjualan ritel semester I 2017 hanya tumbuh 3,7 persen. Padahal, semester I tahun sebelumnya mencapai 11,2 persen.
Sementara, data Statistik Perbankan Indonesia (SPI), penyaluran kredit hingga akhir kuartal III 2017 hanya tumbuh 7,86 persen menjadi Rp4.543,59 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp4.212,38 triliun.
"Tren pertumbuhan ekonomi juga ke bawah. Kemungkinan tidak sampai lima persen, ya sekitar 4,8 persen. Turun tapi tidak anjlok, turunnya perlahan," sambung Ferry.
Begitu juga dengan laju IHSG, meski ia meramalkan IHSG anjlok hingga ke level 5.400, tetapi penurunannya terjadi secara bertahap. Dengan demikian, pelaku pasar tidak perlu khawatir atau takut dengan pasar modal Indonesia.
"Jadi mungkin akan turun dulu ke 5.900, lalu naik, lalu turun, turun lagi," kata dia.
Lebih lanjut Ferry mengatakan, penerimaan pajak juga diprediksi tidak mencapai target hingga akhir tahun ini dinilai bakal mempengaruhi pengeluaran tahun depan.
Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukan realisasi penerimaan negara hingga akhir Oktober 2017 tercatat Rp1.235,5 triliun atau baru mencapai 71,3 persen.
"Saya takutnya pemerintah nanti akan memotong biaya infrastruktur. Kalau gitu kan akan mengganggu pembangunan dan saham-saham emitennya," papar Ferry.
Beberapa emiten yang ia maksud, yakni PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI).
"Nah takutnya juga ganggu saham-saham lain dan berikan sentimen negatif ke IHSG," jelas Ferry.
(gir)