Garut, CNN Indonesia -- PT Bank Syariah Mandiri (BSM) semakin percaya diri menghadapi tahun depan. Hal ini tercermin dari target pembiayaan perseroan sebesar 12 persen menjadi Rp68 triliun pada tahun depan.
Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk tersebut akan mengantongi suntikan modal sebesar Rp500 miliar dalam waktu dekat ini.
Komisaris Utama BSM Mulya Effendi Siregar memproyeksi, suntikan modal dari induk usaha akan memudahkan perseroan mencapai target penyaluran pembiayaan sebesar Rp68 triliun di 2018 nanti. Apalagi, rasio kecukupan modalnya (
capital adequacy ratio/CAR) perseroan akan berada di level 16 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang saja, dengan CAR 12 persen bisa melakukan pembiayaan sekitar 8,5 kali dari modal. Kalau ada penambahan modal, CAR bisa mencapai 16 persen. Jadi, ada tambahan untuk pembiayaan," ujarnya saat acara BSM, Jumat (8/12).
Adapun, target pembiayaan tahun depan akan dipetakan sekitar 65 persen ke sektor ritel dan 35 persen sisanya ke sektor korporasi. Sektor ritel kian diperbesar lantaran lebih sesuai dengan prospek bisnis perbankan.
Sementara, untuk sektor korporasi, dari alokasi pembiayaan 35 persen tersebut, akan diberikan sebagian ke proyek infrastruktur. Sayangnya, Mulya masih enggan memberi angka pasti yang akan dialokasikan ke proyek infrastruktur tersebut.
Namun, menurutnya, proyek infrastruktur yang disasar mengikuti arahan induk usaha, sehingga BSM hanya mengekor saja. "Jadi, kami mengikuti induk karena induk kan sudah sangat baik dalam memitigasi risiko pembiayaan ke infrastruktur," jelasnya.
Sementara itu, sampai kuartal III 2017, penyaluran pembiayaan perseroan mencapai Rp58,72 triliun. Angka tersebut tumbuh sekitar 10,28 persen dari periode yang sama tahun lalu, yaitu sekitar Rp53,24 triliun.
Bersamaan dengan penyaluran pembiayaan yang meningkat, bank syariah yang masuk kategori BUKU III itu berharap kualitas pembiayaan bisa membaik ke kisaran 4 persen. Sebab, saat ini rasio kredit macet (Nonperforming finance/NPF) gross masih kisaran 4,69 persen.
Incar Pembiayaan Pemilikan Rumah Kepala Regional IV Kantor Cabang BSM Jeffry Prayana mengungkapkan, sesuai dengan pola bisnis dari pusat, kantor cabang BSM juga akan memperbesar porsi pembiayaan ke sektor ritel, khususnya untuk pembiayaan ke Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
"Tahun depan, lebih ke konsumer, misalnya griya, pensiunan. Tapi, mungkin di pembiayaan gadai emas juga akan lebih kami kencangkan karena selama ini banyak minat dari nasabah," tutur Jeffry yang membawahi wilayah kantor cabang Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta itu.
Untuk mencapai target pembiayaan ke KPR, BSM Regional IV akan lebih fokus memberi KPR ke kota-kota besar di kawasannya, seperti Bandung, Cirebon, Purwakarta, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang. "Kalau dulu kami sebar ke semua daerah, tapi tahun depan mau lebih fokus ke kota besar saja," jelasnya.
Per Oktober 2017, pembiayaan ke sektor usaha mikro telah mencapai Rp1,05 tirliun dan pembiayaan ke konsumer Rp2,73 triliun atau tumbuh 9 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sementara, secara keseluruhan, pembiayaan Regional IV diharapkan mampu tumbuh sekitar 8 persen ke kisaran Rp6 triliun. Sedangkan per Oktober 2017, total pembiayaan sebesar Rp5,8 triliun.
Untuk NPF, BSM Regional IV menargetkan bisa berada di kisaran 2,5 persen atau lebih baik dari saat ini di kisaran 2,96 persen.
(bir)