Jakarta, CNN Indonesia -- PT Adhi Karya (Persero) Tbk menyebut bahwa mayoritas dana yang dibutuhkan untuk membangun depo, stasiun Light Rail Transit (LRT), serta Interest During Construction (IDC) akan berasal dari pinjaman bank mitra, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan, bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu akan mengucurkan pinjaman sebesar Rp2,8 triliun. Dana segar tersebut akan diberikan sebelum pergantian tahun.
"Ini dari Bank Mandiri, sudah dibicarakan tinggal tanda tangan," ungkap Budi, Jumat (8/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, perusahaan akan membangun tujuh depo dan 17 stasiun. Total yang biaya yang dibutuhkan untuk merealisasikan itu sekitar Rp4,2 triliun. Sehingga, masih ada kekurangan dana sebesar Rp1,4 triliun.
"Untuk Rp1,4 triliun dari Penyertaan Modal Negara (PMN)," imbuh Budi.
Adapun, pinjaman perbankan ini memiliki jangka waktu selama 12 bulan atau satu tahun dengan tingkat bunga 8,25 persen. Saat ini, rasio utang (
Debt to Equity Ratio/DER) Adhi Karya diklaim masih rendah.
"Sekitar 1,2 kali, tapi harusnya 1 kali," katanya.
Selanjutnya, Adhi Karya juga tengah membangun
Transit Oriented Development (TOD) di dekat stasiun LRT. Beberapa tempat yang menjadi target Adhi Karya, yakni Bekasi Timur, Ciracas, dan Cibubur.
"Hasil TOD nanti akan dibagi untuk pembiayaan investasi LRT," tutur Budi.
Secara terpisah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengaku, pemerintah belum memperhitungkan hasil dari TOD untuk pembiayaan investasi LRT. Menurutnya, total TOD yang akan dibangun berjumlah sebanyak 20 titik.
"TOD nanti bisa ada kantor, rumah, mall, hotel, dan sebagainya," terang Budi.
(bir)