Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) menargetkan, nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan Malaysia, dan Thailand bisa meningkat dua kali lipat dalam tiga sampai lima tahun ke depan dengan kebijakan pembayaran perdagangan dan investasi langsung menggunakan mata uang lokal
(Local Currency Settlement/LCS).Melalui kebijakan ini, transaksi perdagangan antar negara yang sebelumnya menggunakan dolar Amerika Serikat (AS), bisa langsung menggunakan mata uang lokal masing-masing negara, yaitu Indonesia dengan rupiah, Malaysia dengan ringgit, dan Thailand dengan baht.
Hal ini diharapkan mampu mengurangi proses konversi satu mata uang lokal ke dolar AS dan ke mata uang lokal lainnya. Dengan demikian, nilainya bisa dimaksimalkan untuk menambah volume pada transaksi perdagangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti kami akan monitor dan evaluasi, tapi dalam tiga tahun itu (targetnya) sudah dua kali lipat besarannya," ujar Gubernur BI Agus D.W Martowardojo usai peluncuran LCS di Gedung BI, Senin (11/12).
Sebagai gambaran, saat ini, rata-rata nilai transaksi perdagangan dari tiga negara tersebut mencapai sekitar US$1,2 triliun per tahun. Jumlah tersebut mencapai sekitar 50 persen dari total perdagangan di kawasan Asean.
Sementara itu, berdasarkan hubungan kedua negara, tercatat rata-rata nilai perdagangan Indonesia dengan Malaysia dalam kurun waktu 2010-2016 mencapai US$19,5 miliar per tahun. Angka ini berasal dari perdagangan ekspor rata-rata sekitar US$9,3 miliar dan perdagangan impor rata-rata US$10,2 miliar.
Lalu, nilai perdagangan Indonesia dengan Thailand, rata-rata mencapai US$15 miliar per tahun pada kurun waktu 2010-2016. Angka itu terbagi atas US$5,5 miliar perdagangan ekspor secara rata-rata dan US$8,5 miliar perdagangan impor secara rata-rata.
Ke depannya, Agus berharap, kerja sama ini dapat diperluas ke negara-negara lain di kawasan Asean. "Kami akan lihat, dari 10 negara yang punya hubungan ekspor impor dengan Indonesia yang besar. Kami akan membuka kemungkinan untuk memperluas ini," terangnya.
Agus pun berharap, ke depannya dapat pula bekerja sama dengan negara-negara di kawasan regional Asia, seperti dengan Jepang dan China, serta negara besar lain di kawasan Uni Eropa.
Perbankan SiapBersamaan dengan kebijakan LCS, menurut BI, nantinya perbankan yang menyelenggarakan transaksi keuangan dalam sektor perdagangan dengan menggunakan mata uang lokal dapat bertambah.
Namun, perbankan perlu mengikuti kriteria internasional. "Secara umum ada kriteria yang paling umum, yaitu bank itu sehat dan mempunyai jangkauan nasabah yang luas," tutur Agus.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengaku siap melayani transaksi perdagangan dengan mata uang lokal tersebut. Adapun BNI akan menjadi rekan dengan Siam Commercial Bank PC, bank asal Thailand dan Hong Leong Bank Berhad dari Malaysia.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, saat ini BNI bersama dengan dua rekan perbankannya di masing-masing negara telah saling membuka akun untuk menukar transaksi pembayaran perdagangan dari nasabah yang dimiliki antar bank.
"Yang pasti kami sudah sama-sama buka akun. Lalu, kami harus informasikan ke nasabah kami yang merupakan eksportir dan importir bahwa nantinya ketika mereka bertransaksi di negara tersebut, bisa menggunakan mata uang lokal, tidak harus pakai dolar AS," jelas Baiquni pada kesempatan yang sama.
Adapun dengan kerja sama ini, transaksi pembayaran perdagangan di BNI dipastikan akan meningkat. Baiquni mencatat, transaksi perdagangan dari luar negeri telah mencapai US$80 juta sepanjang Januari-Oktober 2017.
Lalu, secara keseluruhan, penggunaan dolar AS juga bisa berkurang. Ia bilang, saat ini penggunaan dolar AS pada transaksi perdagangan sekitar 80 persen. " Kalau bisa diturunkan saja (penggunaan dolar) jadi sekitar 60-70 persen itu tentu bagus sekali. Ini akan sangat bagus karena mengurangi ketergantungan pada dolar AS," pungkasnya.
(agi)