Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan memperluas pelataran parkir pesawat (apron) di tiga bandara di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tiga bandara itu adalah El Tari Kupang, Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende, dan Bandara Komodo di Labuan Bajo.
"Kami melihat beberapa bandara yang kami kunjungi terutama di Kupang maupuan di Ende dan Labuan Bajo itu permasalahan utamanya ada di apron," kata Sekretaris Jenderal Sugihardjo di Kupang, Minggu (31/12) seperti dikutip dari
Antara.
Sugihardjo berada di ibu kota provinsi NTT tersebut dalam rangka peninjauan arus balik liburan Natal dan Tahun Baru 2018.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kunjungannya ke Bandara El Tari Kupang, Sugihardjo menyatakan, dengan tambahan tiga areal parkir kelas pesawat Boeing maka total kapasitasnya bisa menampung 15 pesawat.
Sementara itu, untuk bandara di Ende dan Labuan Bajo saat ini hanya memiliki empat area parkir.
Wisatawan bersiap melakukan wisata menggunakan kapal di perairan Labuan Bajo, Senin (1/5). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) |
Akibat minimnya jumlah apron tersebut, sambung Sugihardjo, rencana kedatangan pesawat kerap ditolak karena keterbatasan tersebut.
"Baik yang reguler maupun pesawat
charteran termasuk jet pribadi seperti di Labuan Bajo terpaksa ditolak karena tidak ada tempat parkir. Ini sangat disayangkan apalagi daerah-daerah itu merupakan tujuan wisata," kata Sugihardjo.
Untuk itu, ia melanjutkan, Kemenhub akan menambah masing-masing dua area parkir untuk kedua bandara yang berada di wilayah tengah dan barat Pulau Flores itu.
 Wisata bawah air menjadi salah satu andalan pariwisata NTT di perairan Labuan Bajo. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) |
Lebih lanjut, ia mengatakan, hal yang juga menjadi perhatian spesifik seperti pada bandara di Ende yakni terkait aspek keamanan (
safety) yang wajib diutamakan dalam dunia penerbangan, termasuk pemeriksaan barang-barang kargo.
"Karena kita tidak mau ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi misalnya terkait penyelundupan, terorisme dan sebagainya, sehingga kargo harus di-
screening dengan baik," katanya.
Sugihardjo menambahkan, kalau tidak ada gudang dan kargo hanya ditumpuk di masing-maising maskapai maka tidak memadai dari aspek
safety.
Selain itu, kendala lainnya untuk bandara di Ende juga berkaitan dengan luas landas pacu (
runway) pesawat yang belum memenuhi standar. Kondisi lebar
runway 30 meter, maka panjang minimumnya harus mencapai 90 meter.
"Namun karena banyak rumah penduduk yang merapat di bandara itu sehingga
runway-nya menjadi sempit, tentu kami harus koordinasi dengan Pemda setempat untuk pembebasan lahan sehingga standar minimum 90 meter bisa tercapai," ujar Sugihardjo.
(antara/djm)