Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan Bangladesh kemungkinan besar jadi mengimpor gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Indonesia dengan besaran 1 juta ton per tahunnya (MTPA).
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengatakan, rencana ini akan difinalisasi melalui Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) antara PT Pertamina (Persero) dan perusahaan pelat merah minyak dan gas asal Bangladesh, Bangladesh Oil, Gas & Mineral Corporation (Petrobangla).
PJBG ini akan dilakukan ketika Presiden Joko Widodo melakukan lawatan resmi ke Asia Selatan akhir Januari nanti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Selain itu, mulai kapan Indonesia bisa ekspor LNG ini tergantung PJBG yang ditandatangani Presiden,” jelas Arcandra ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (18/1).
Ia melanjutkan, kontrak jual beli gas untuk negara tersebut memiliki jangka waktu 10 tahun. Sehingga, jika ekspor bisa dimulai tahun ini, maka Indonesia akan mengirimkan LNG antara tahun 2018 hingga 2028 mendatang.
Arcandra mengatakan, PJBG ini merupakan kelanjutan dari nota kesepahaman antara Petrobangla dan Pertamina yang diteken September lalu. Di dalam nota tersebut, Bangladesh berharap LNG dari Pertamina bisa tiba di tahun ini.
Alasannya, negara di teluk Bengal itu juga akan mengoperasikan dua fasilitas regasifikasi terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU) yang masing-masing akan beroperasi pada bulan April dan Oktober tahun ini.
Namun, tak hanya suplai LNG, Pertamina juga akan ikut serta dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Bangladesh dengan kapasitas 1.400 Megawatt (MW) dan nilai US$1,28 miliar. Di dalam kerja sama itu, Pertamina masih digandeng oleh Petrobangla.
“Dan ini nanti bentuknya gas-to-power, Pertamina akan berkonsorsium di situ,” jelasnya.
Selain Bangladesh, lawatan Jokowi ke Asia Selatan juga akan dilengkapi dengan PJBG untuk ekspor LNG ke Pakistan. Ia tak menyebut secara pasti volumenya, namun total ekspor LNG Indonesia ke Pakistan dan Bangladesh diperkirakan bisa mencapai 1,5 MTPA.
“Kalau ditotal-total, ekspor LNG Indonesia ke Pakistan dan Bangladesh punya nilai kontrak US$6 miliar,” pungkas dia.
(gir)