Jakarta, CNN Indonesia -- Gempuran perusahaan-perusahaan teknologi
(financial technology/fintech) mau tidak mau membuat perusahaan-perusahaan keuangan konvensional harus berbenah diri. Berdiri sejak 1746, PT Pegadaian tak lepas dari gempuran persaingan, baik dengan perusahaan fintech maupun pegadaian swasta lain yang semakin menjamur.
Terlebih, Pegadaian sering dianggap lebih banyak bersentuhan dengan 'orang tua'. Seperti apa langkah yang akan diambil perseroan guna memenangkan persaingan dan memperluas jangkauan, terutama pada nasabah generasi muda saat ini?
Berikut petikan wawancaran
CNNIndonesia.com dengan Direktur Utama PT Pegadaian Sunarso, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana kondisi bisnis di tahun lalu?Aset Pegadaian itu per tahun lalu Rp48,5 triliun, dibentuk oleh ekuitas Rp18 triliun, serta pinjaman bank dan obligasi yang totalnya Rp30 triliun. Pinjaman bank masih mendominasi, porsi obligasi baru sekitar 27 persen.
Prognosa kami, omzet hingga akhir tahun lalu Rp140 triliun, laba Rp2,5 triliun.
Bagaimana target di tahun ini?Total aset kami tahun ini mau mencapai Rp58,5 triliun. Nasabahnya ingin mencapai 11,5 juta, saat ini 9,5 juta. Omzet ingin Rp145,4 triliun,
outstanding loan (baki kredit) Rp45,4 triliun, dan laba bersih kami ingin Rp2,7 triliun.
Apa kira-kira tantangan yang akan dihadapi Pegadaian di tahun ini?Saya bicara dari sisi makro dulu, yang harus diwaspadai salah satunya, risiko kebijakan di Amerika Serikat. Itu akan berdampak ke nilai tukar dan pengetatan likuiditas. Kemudian, ke suku bunga dana di Indonesia dan naiknya
cost of fund (biaya dana) kami.
Permintaan kredit juga masih lemah. Tapi perkiraannya, ekonomi tahun ini akan lebih baik, sehingga harapannya juga akan lebih baik.
Apa strategi perusahaan tahun ini untuk mencapai target bisnis?Kami ingin melakukan transformasi. Transformasinya ada dua, yang pertama adalah area digital, kedua area kultural. Maka diterjemahkan, strategi jangka pendek kami ada
digitalisasi business process, mobile apps langsung ke nasabah, dan pengembangan layanan berbasis digital.
Kemudian, untuk kultural, kami akan melakukan standarisasi
outlet, revitalisasi gudang dan logistik, penguatan kapabilitas SDM dan budaya perusahaan
, external distribution channel via agen.
Saat ini, kondisi keuangan kami juga sangat sehat, dari ekuitas Rp18 triliun, baru di-
leverage 1,68 kali. Padahal, perusahaan pembiayaan bisa maksimal 10 kali. Kesimpulannya, Pegadaian sangat kuat dan kondusif sebenarnya untuk tumbuh agresif.
Maka, pegadaian akan menerapkan strategi memperluas jangkauan layanan, banyaknya produk yang bisa diberikan pada masyarakat, dan mempercepat proses layanan. Mempercepat proses layanan dan perbanyak produk itu harus menggunakan digital.
Nah, kemudian, digital-digital tadi itu membutuhkan perubahan perilaku, baik nasabah maupun perusahaan atau internal.
Apa yang akan dilakukan untuk memperluas jangkauan layanan?Strategi perluasan jangkauan dapat dilakukan dengan
existing jaringan yang ada dipertahankan. Kami punya 4.319 outlet di seluruh Indonesia, tapi kami perluas jaringan dengan keagenan. Saat ini, kami masih uji coba, tapi tahun ini, targetnya kami ingin punya 6.400 agen.
Agen itu, misalnya, kalau gadainya emas itu yang paling cocok adalah toko emas. Kalau gadainya adalah elektronik itu yang cocok adalah toko-toko elektronik. Demikian juga kalau pertanian, yang cocok itu toko-toko pertanian.
Terakhir melalui
mobile apps, ini akan mengubah prilaku nasabah. Kalau dulu itu orang mau gadai harus datang ke kantor pegadaian, nanti tinggal buka aplikasi. Petugas pegadaian yang akan mendatangi nasabah.
Selain perluasan jangkauan, produknya juga akan diperbanyak. Selama ini, 90 persen produk kami adalah gadai emas. Kami ingin meningkatkan barang yang akan digadai.
Jadi, perluasan produk, ada dua. Satu adalah berbasis gadai. Dua, nongadai. Nongadai ini yang masih harus kami persiapkan, karena ini adalah kredit biasa.
Produk gadai apa yang akan ditambah?Salah satu yang terbaru yang akan kami keluarkan adalah gadai tanah. Tapi tanah itu, meskipun bersertifikat dan produktif, itu secara konvensional tidak bisa digadaikan. Padahal, ada program sertifikasit tanah, terutama tanah pertanian.
Maka, sertifikasi tanah ini, akan menjadi bernilai lebih tinggi kalau hasil sertifikasi tanah ini dimonetasi. Pegadaian akan meluncurkan produk dalam rangka monetasi tanah-tanah bersertifikat dan itu tidak bisa menggunakan akad gadai konvensional. Aakadnya itu harus
qardh rahn, itu adalah syariah.
Kami juga akan kerja sama dengan Kementerian Agraria dan Tata Ruang, sehingga pengecekan sertifikat tanah bisa lebih cepat.
 Porsi gadai emas pada bisnis gadai Pegadaian saat ini masih mengambil porsi sekitar 90 persen. (CNN Indonesia/Agustiyanti). |
Porsi gadai emas nantinya akan berkurang?Kami harapkan memang, nantinya, gadai emas ini tetap akan besar, tapi porsinya berkurang dari saat masih sekitar 90 persen ke 75 persen.
Bagaimana dengan produk nongadai?Nongadai juga kami akan kembangkan. Terutama untuk kredit produktif, dalam hal ini sesuai segmen kami, Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Saat ini, kami sudah mulai salurkan kredit untuk mikro, salah satunya kredit Ultra Mikro (UMI), tanpa agunan. Tahun lalu, kami sudah salurkan Rp65 miliar, karena baru di mulai di November. Tahun ini, targetnya Rp1 triliun.
Bagaimana dengan kompetitor yang semakin banyak, mulai dari gadai swasta hingga fintech?Sekarang memang kompetitor yang gadai dan nongadai banyak. Fintech sekarang banyak sekali. Kalau begitu, kami harus tumbuh organik, tapi juga harus mampu tumbuh anorganik. Saat ini, bisnis gadai kami kuat, nongadai yang lemah.
Kalau mau tumbuh anorganik, kami harus cari (akuisisi) yang kuat nongadai. Nongadai juga pilihannya banyak, apakah multifinance atau bisa juga mengembangkan fintech.
Ada rencana akuisisi tahun ini?Pegadaian punya modal, sebenarnya tinggal dikaji, mana yang lebih efektif antara mengembangkan bisnis dengan sumber daya sendiri atau akuisisi. Kalau memang kami butuh mengamankan bisnis dengan akuisisi, ya kami beli.
Tahun ini waktunya berbenah. Bukan hanya berbenah, tapi bertransformasi. Saya diberi waktu tiga bulan (sejak ditunjuk sebagai Direktur Utama akhir Oktober 2017) untuk menyusun
blue print transformasi Pegadaian.
Apa utamanya yang akan dibenahi tahun ini?Pegadaian ini kan perusahaan besar dengan laba yang menurut prognosa kami Rp 2,5 triliun per Desember lalu, tapi kehadirannya di masyarakat itu, kelihatannya orang Pegadaian belum percaya diri lah.
Maka, kami akan ubah penampilan kami lebih
eye catching, maka tidak hanya
outlet yang ingin diubah tapi kantor pusat akan kami bangun.
Bikin kantor pusat baru pak?Karena memang ini (kantor pusat) tidak memadai, padahal tanahnya masih besar. Kemudian revitalisasi gudang dan logistik. Kenapa? karena gudang dan logistik ini kami perlukan. Pegadaian membiayai berdasarkan barang, dia harus ada gudang dan angkutannya, maka harus kami revitalisasi dan kemudian ada penguatan di SDM,
Kalau cara kerjanya menggunakan digital, ya mentalnya harus punya pengetahuan digital dan mengoperasikan digital, mengikuti zaman yang digital ini.
Digital ini menyasar nasabah muda?Secara demografi, kami mayoritas nasabah kami adalah perempuan, mencapai 72 persen. Profesi didominasi oleh ibu rumah tangga. Tapi, saya menemukan di satu wilayah nasabah terbanyak itu, yang kedua adalah mahasiswa. Itu bukan di Bandung atau Yogyakarta, yang mungkin kalau di survei lebih tinggi
Kami mau incar (mahasiswa), mereka itu orang-orang yang
energic, dan bergantung ke teknologi. Itu kami mau coba tangkap dengan
mobile apps.
Belum lagi kami yang dulu kebanyakan di kecamatan dan yang datang itu orang-orang tua. Mereka tetap kami layani. Saat ini, kantor Pegadaian sudah ada di mal, tapi kalau pegadaian ada di
cafe, misalnya, kan menarik juga.
Apalagi, kantor-kantor pegadaian itu banyak yang bangunannya
heritage. Kalau buka kantor gadai dan ada aroma kopi-nya kan menarik, apalagi kopi ini bukan hanya jadi kebiasaan di kota, tapi juga di desa. Ini peluang yang juga ingin kami tangkap.
(agi/bir)