Jakarta, CNN Indonesia -- Pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta yang masif dalam beberapa tahun terakhir, turut berdampak pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), salah satunya, PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
Tahun lalu, BUMD ini membukukan laba bersih (sebelum diaudit) tanpa revaluasi aset mencapai Rp529 miliar, naik 269 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan, jika menghitung revaluasi aset, kenaikan labanya mencapai 2.064 persen menjadi Rp3,99 triliun. Adapun pada tahun lalu, pendapatan perseroan naik 112 persen dibanding 2016 menjadi Rp1,41 triliun.
Kendati kinerja melesat di tengah banyaknya proyek penugasan yang diemban Jakpro, BUMN ini mengaku sebenarnya proyek-proyek penugasan dari Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta sebenarnya memiliki margin yang tipis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan sendiri rencananya bakal memperoleh penugasan dari Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta untuk membangun proyek kereta api ringan
(Light Rail Transit/LRT) sepanjang 116 KM.
Saat ini, perusahaan tengah membangun LRT Jakarta fase satu dengan rute Kelapa Gading-Velodrome sepanjang 5,8 km. LRT tersebut ditarget dapat rampung sebelum perhelatan Asian Games pada Agustus 2018.
Selain LRT, Jakpro juga mengaku saat ini tengah menyelesaikan dan berencana membangun sejumlah proyek infrastruktur Jakarta lainnya, seperti sanitasi hingga fiber optik.
Seperti apa kesiapan Jakpro untuk mewujudkan mimpi Jakarta memiliki infrastruktur yang memadai. Berikut petikan wawancara
CNNIndonesia.com dengan Direktur Utama Jakpro Satya Heragandhi, baru-baru ini.
Tahun lalu, kinerja cukup kinclong. Bagaimana di tahun ini?
Tahun 2018 ini, walaupun kami cukup optimis, tapi harus seimbang. Ekonomi kita mungkin akan sedikit mengalami kontraksi. Kalau itu terjadi, kami praktis mengejar kinerja secara full speed selama enam bulan pertama.
Kami prediksi laba tahun ini, sama dengan target laba tahun lalu sekitar Rp96-98 miliar. Angka ini yang kami jadikan patokan. Tapi, seperti tahun sebelumnya, kalau kami dikasih sekian, biasanya kami lebih.
Seberapa besar dampak proyek infrastruktur yang dikerjakan Jakpro pada kinerja keuangan perusahaan?Proyek seperti LRT, membangun
equistrian (tempat berkuda) di Pulomas. Itu bukan proyek yang membuat
balance sheet (neraca) menguntungkan.
Proyek-proyek itu adalah penugasan. Artinya, kami diserahkan tanggung jawab untuk membangun pendanaan itu. Tapi di sisi lain, hampir tidak ada margin di sana. Kami tidak mengambil margin sebagai pemegang saham. Jadi, efek terhadap buku kami minimal.
Kesuksesan kami tahun lalu berasal dari beraneka ragam sektor, misal, sektor infrastruktur kami itu di bisnis-bisnis yang terkait dengan fiber optik,
tower, dan properti
utility. Itu semua tumbuh berkembang.
Tahun ini, kami akan berkembang lagi dengan meletakan diri. berpartisipasi di
digital economy. Jadi, ada beberapa lini bisnis baru yang kami masuki kami optimis memberikan penghasilan yang signifikan.
Proyek LRT sendiri saat ini sudah berapa persen?Kalau per sekarang kami sudah lebih dari 57-58 persen. Akhir bulan ini, kami berharap mencapai 59 persen. Mengapa? Karena masih ada pekerjaan sipil. Tapi, begitu sudah dilewati, akan ada pekerjaan sistem terkait peralatan elektronik dan lainnya. Ini lebih cepat di kami.
 Proyek LRT tahap I rute Kelapa Gading-Velodrome ditargetkan rampung sebelum perhelatan Asian Games pada Agustus 2018 mendatang. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Apa terkejar sebelum Asian Games?Harus terkejar. Saya punya keyakinan bisa, karena sudah direncanakan lama.
Untuk fase dua sendiri dimulai kapan?Fase dua yang menjadi
pending matters adalah desainnya, kemudian keputusan pemerintah daerah mengenai model bisnis atau model pendanaan yang akan digunakan. Kalau itu bisa dilakukan Februari atau Maret, berarti bulan April bisa memulai perencanaan untuk membangun.
Tentunya kami tidak akan gegabah membangun karena kami tidak ingin fase Kelapa Gading-Velodrome yang sudah mau jadi terus tiba-tiba kami bangun situ kan jadi berantakan lagi. Kalau pun kami mulai bangun, mustinya kami akan mulai bangun dari wilayah yang tidak dilewati oleh pergerakan Asian Games.
Kajian (pembangunan LRT fase dua) ini jadi lebih menantang, karena ternyata jalur Dukuh Atas menuju Tanah Abang banyak situasinya. Mobilitasnya terbatas kami harus perhitungkan juga karena kami tidak ingin ketika membangun LRT kesana ternyata jalan harus ditutup ekonomi masyarakat jadi terganggu seluas-luasnya. Makanya, kami harus mencari jalur alternatif agar kalau ada pembangunan yang mengganggu bisa minimal dan ini membuat kajian ini lebih lama dari yang kami prediksikan.
Kajiannya, apa pembangunan LRT fase dua, bisa dibangun hingga Tanah Abang?Memang menantang, tetapi saya pikir kalau buat teman-teman teknis selalu harus ada jalan. Entah pilihannya, bagaimana kalau jalan lewat sini dan efeknya bagaimana. Tapi, secara umum intergrasinya memang harus terjadi dengan stasiun kereta yang ada di sana dan terintegrasi dengan beraneka ragam kendaraan umum yang akan menuju ke sana.
Ada rencana pembangunan LRT selain ke Tanah Abang?Harus kalau dilihat dari Perpres (Peraturan Presiden) yang dikeluarkan bulan September 2016, marwah penugasan LRT Jakarta ada 116 Kilometer dan itu rutenya menyeluruh dari ujung ke ujung.
Karena LRT diharapkan menjadi pengumpan transportasi di mana dia masuk ke kantong-kantong pergerakan mobilitas masyarakat kemudian membawa itu kepada
backbone-ny, dalam hal ini MRT. Jadi kami akan bawa penumpang ke MRT dan MRT akan membawa ke jarak-jarak yang lebih jauh.
Jadi nanti akan ada stasiun yang tersambung dengan MRT?Harus. Dalam hal ini, yang pertama terintegrasi itu di Dukuh Atas. Dukuh Atas akan ada penggabungan antara LRT Jakarta, LRT Jabodebek, MRT, Transjakarta, dan Kereta Bandara.
Ekuitas Jakpro seberapa mampu menjalankan proyek LRT?Harus dipisahkan ekuitas untuk menjalankan penugasan, karena untuk membangun LRT, MRT, dan jaringan ini tadi terpisah. Jalannya itu, pemerintah daerah yang bangun. Kewajibannya pemerintah dalam aturan disampaikan demikian. Sedangkan Jakpro ditetapkan sebagai operator LRT Jakarta.
Kewajibannya Jakpro, secara ekuitas adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan
rolling stock (pengadaan kereta) dan hal yang diperlukan untuk operasional sebaik-baiknya. Pembangunan jalan sendiri walaupun kewajibannya pemerintah, tapi sekarang sedang dijajaki untuk dilakukan dengan model pendanaan kreatif entah itu PPP
(Public Private Partnership), beraneka ragam model yang sedang kami jajaki.
Ekuitasnya Jakpro dalam titik ini kalau harus melakukan investasi yang mengoperasikan LRT sampai 116 kilometer tidak ada masalah, walaupun nantinya kami merasa perlu untuk berpartner dengan investor strategis. Ini karena kami ingin layanan LRT Jakarta prima. Kami punya dua pilihan, melibatkan mereka sebagai konsultan atau kami libatkan sebagai partner operasional.
Sudah ada penjajakan dengan investor strategis?Sudah. Jadi, kami dalam beberapa waktu terakhir ini sudah bicara dengan investor strategis. Ada dari Inggris, Perancis Hongkong, dan negara Asia lainnya.
Kalau kerja sama, nanti peran investor sampai sejauh apa?Kami harap yang paling utama mereka membawa kompetensi untuk menjalankan LRT yang menguntungkan dan berkelanjutan
(sustainable). Karena kalau
sustainable operation terjadi maka yang namanya PSO
(Public Service Obligation) bisa diminimalkan, bahkan bisa dihilangkan.
Jadi, target kami itu mereka berperan bagaimana membantu kami mencapai optimalisasi dan efisiensi yang paling bagus.
Selain LRT, apalagi proyek yang dibangun di tahun ini atau tahun depan?Kami memiliki tiga kaki bisnis infrastruktur,
utility, dan properti. Infrastruktur, kami terlibat aktif dalam pembangunan infrastruktur baik yang nyata seperti LRT, kemudian juga partisipasi di jalan tol. Selain itu juga infrastruktur yang sebenarnya digital Infrastruktur, contohnya
fiber optic backbone menara-menara. Anda bayangkan, kalau sudah 5G menara-menara kalau tidak dilakukan integrasi, itu ada di mana-mana. Setiap gedung mungkin ada sekian puluh menara karena sales sitenya kecil di area itu. Nah, Jakpro masuk.
Utility kami bicara mengenai smart parkir, air bersih tapi tidak air bersih yang langsung ke masyarakat, tapi distribusi air bersih yang ke PDAM. Jadi kami ada di belakangnya mereka.
Kami juga punya bisnis properti. Properti ini ya pengembangan-pengembangan,
TOD (Transit Oriented Development). Kami ada rencana mau bangun apartemen di daerah selatan, kami ada rencana untuk bangun rumah DP (
down payment/uang muka) nol rupiah di beberapa wilayah. Banyak sekali yang kami rencanakan di tahun ini.
Kabarnya akan ada TOD yang dibangun di atas depo LRT. Bagaimana progresnya?
Begini, untuk membangun keseluruhan LRT Jakarta dibutuhkan tempat penyimpanan
rolling stock (rangkaian kereta) kemudian butuh tempat perawatan
rolling stock. Untuk melakukan
maintenance bisa pakai Depo di Kelapa Gading. Penyimpanan ada 196
slot yang bisa dipakai di sana.
Ternyata, pada saat itu, Gubernur DKI yang dulu Pak Basuki, ingin naikan ke atas, menjadi bangunan untuk tempat tinggal. Jadi, fondasi di sana, kami tidak hanya bangun buat tempat penyimpanan atau maintenance tetapi bisa untuk tempat tinggal.
Konsepnya sama dengan hunian yang gabung antar komersial dan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) seperti di Pndok Kelapa? Memang, ini semua sudah di kaji. Tapi, kami juga harus lihat sosiologis demografi masyarakat yang ada di situ. Mungkin Pemprov (Pemerintah Provinsi) punya keinginan mulia, membangun MBR untuk nelayan, tapi kalau nelayan ditaruh di Kelapa Gading tentunya dia tercabut dari akarnya. Kelapa Gading itu daerah kepala naga. Sejauh ini, studi yang masuk di kami, sebetulnya cocok untuk anak-anak muda yang baru 3-4 tahun bekerja.
Rencananya apartemen sewa?Ini semua lagi difinalisasi, saat ini kami masih fokus penyelesaian target fase satu.
Investasi untuk di sana sudah dikaji?Investasi sudah dikaji, kemudian modelnya sudah dikaji beberapa opsinya, tapi perlu diputuskan. Tinggal dikalikan 3.000 meter dikali Rp6 sampai Rp7 juta per meter.
Sudah ada Investor yang masuk?Sudah ada beberapa calon, tetapi harus ada pemilihan investor.
[Gambas:Video CNN] (agi/bir)