Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berambisi mempercepat proses penyelesaian pembangunan tiga bendungan di Provinsi Sulawesi Selatan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan suplai air bagi lahan pertanian di daerah tersebut.
Ketiga bendungan yang dimaksud antara lain, Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di Kabupaten Gowa, dan yang baru dimulai pembangunan konstruksinya adalah Bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar.
"Sulsel adalah salah satu satu sentra pangan nasional, untuk itu proyek tiga bendungan di sana harus dipercepat," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono seperti dikutip
Antara, Senin (19/2).
Selain membangun bendungan, kata Basuki, pihaknya juga membangun Daerah Irigasi Baliase yang dilengkapi dengan pembangunan Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan Bendungan Paselloreng ditargetkan rampung Desember 2018. Untuk Bendungan Karalloe, pemerintah memulai konstruksi lebih dulu, namun sempat mengalami masalah pengadaan lahan. Sekarang persoalan lahan sudah rampung sehingga perkembangan konstruksi lebih cepat lagi.
Sementara itu, Bendungan Pamukkulu dalam tahap persiapan berupa penyiapan jalan akses kerja.
Menteri Basuki optimistis penyelesaian bendungan akan tepat waktu, bahkan bisa selesai lebih cepat. Pembangunan bendungan tersebut masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) sehingga biaya pembebasan lahannya dapat menggunakan mekanisme dana talangan.
Melalui mekanisme tersebut kontraktor akan membayar lahan yang telah siap dibebaskan dan nantinya akan dibayarkan oleh Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).
Sementara itu Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR Imam Santoso menyebut, pembangunan bendungan akan dilengkapi dengan pembangunan jaringan irigasi yang disebut sebagai Irigasi premium atau irigasi yang mendapat jaminan suplai air bendungan.
Dengan demikian, bendungan dapat menyediakan sumber air baku untuk masyarakat dan mampu mengaliri air ke sawah petani meski dengan biaya pembangunan bendungan yang mahal.
Adapun, perkembangan fisik Bendungan Paselloreng per 14 Februari 2018 sebesar 68,22 persen. Kapasitas tampung maksimal bendungan yakni 138 juta m3 yang merupakan terbesar dibandingkan Karalloe dan Pamukkulu.
Manfaatnya akan mengairi irigasi seluas kurang lebih 7.000 ha dan menjadi sumber air baku untuk empat kecamatan di Kab. Wajo sebesar 305 liter/detik, konservasi air, pengendali banjir Sungai Gilireng, perikanan air tawar dan pariwisata.
Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Wijaya Karya, PT Bumi Karsa, KSO (Kerjasama Operasi) dengan biaya Rp736 miliar. Sementara itu, sebagai konsultan supervisi adalah PT. Mettana, PT. Timor Konsultan, PT. Raya Konsultan KSO dengan nilai Rp37 miliar.
Perkembangan pembangunan Bendungan Karalloe yang mulai dibangun Desember 2013, sudah mencapai 39,82 persen dan ditargetkan rampung 2019.
Dalam pembangunannya sempat mengalami kendala pengadaan lahan. Namun saat ini lahan yang bebas sudah mencapai 97 persen dan tersisa tiga persen atau sekitar 14,5 ha. Kapasitas tampung maksimalnya sebesar 40,53 juta m3.
Konstruksi bendungan dikerjakan oleh PT Nindya Karya (Persero) dengan Rp568 miliar dan konsultan supervisi oleh PT Widya Graha Asana, PT Tata Guna Patria, PT Bintang Tirta Pratama, PT Catur Bina Guna Persada (KSO) dengan nilai Rp15 miliar.
Manfaat bendungan ini akan mengairi irigasi seluas 7.000 hektar, sumber air baku 440 liter/detik, pembangkit listrik 4,5 MW, pengendali banjir, konservasi air dan pariwisata. Bendungan Pamukkulu menjadi bangunan terbaru yang dibangun di Sulawesi Selatan.
(antara)