BI Tak Akan Latah, Meski The Fed Naikkan Suku Bunga Acuan AS

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Jumat, 02 Mar 2018 20:11 WIB
Rencana kenaikan bunga acuan The Fed tak serta merta membuat BI latah. Selain kondisi pasar dan internasional, BI menilai juga fundamental ekonomi dalam negeri.
Rencana kenaikan bunga acuan The Fed tak serta merta membuat BI latah. Selain kondisi pasar dan internasional, BI menilai juga fundamental ekonomi dalam negeri. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia menilai, rencana kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed Fund Rate/FFR) tahun ini tidak serta merta membuat bank sentral nasional latah.

Hal ini dikarenakan tingkat suku bunga acuan BI tak hanya dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan dan kebijakan internasional, namun juga turut melihat fundamental ekonomi di dalam negeri.

"Bukan berarti kalau The Fed menaikkan bunga, terus BI menaikkan bunga. Buktinya, The Fed sudah lima kali naikkan bunga dan BI bisa turunkan bunga delapan kali," ujar Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara di kantornya, Jumat (2/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut ia menjelaskan, pengaruh dari internasional memang memberikan tekanan pada rupiah. Salah satunya, rencana kenaikan FFR. Namun, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup mampu memberikan keyakinan bahwa roda ekonomi Tanah Air dapat berjalan dengan meski terjadi terpaan global.

Fundamental ekonomi itu terlihat dari laju inflasi yang hanya 3,18 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Februari 2018. Realisasi ini menunjukkan bahwa inflasi masih di bawah target BI sebesar 3,5 persen plus minus satu persen.

Indikator lain, defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) berada di kisaran 1,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). "Selama masih di bawah 2,5 persen dari PDB, ini defisit yang menurut kami sehat," imbuhnya.


Lalu, sumbangan konsumsi ke pertumbuhan ekonomi dilihat masih terus berjalan positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya aktivitas impor pada Januari lalu, baik untuk impor barang baku, barang konsumsi, hingga barang modal.

"Itu semua naik. Artinya, aktivitas ekonomi bergerak, bukan cuma barang konsumsi yang naik, tapi juga barang modal, itu semua juga naik, itu justru bagus," pungkasnya.

Sampai Februari 2018, BI 7 Days Reverse Repo Rate berada di angka 4,25 persen. Tingkat suku bunga acuan BI ini tak berubah sejak terakhir kali diturunkan pada September 2017. Sementara, suku bunga The Fed berada di kisaran 1,25-1,5 persen sampai saat ini, setelah dinaikkan sebesar 25 basis poin pada Desember 2017. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER