Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan menyebut nilai minimum pembelian Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara daring (online) rencananya berkisar Rp100 ribu. Angka ini jauh lebih rendah dibanding pembelian minimum SBN ritel dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel biasa yang ada di angka Rp5 juta.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Loto Srinata Ginting mengatakan, angka ini masih dibahas kembali di dalam internal instansinya. Penerbitan SBN ritel ini rencananya masih sesuai jadwal, yaitu antara April hingga Juni mendatang.
"Nilai minimum rencananya Rp100 ribu, tapi ini masih pembahasan. Lalu penerbitan masih sesuai jadwal, yakni kuartal II 2018," jelas Loto kepada CNNIndonesia.com akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan, pemerintah tengah mengembangkan sistem penjualan SBN ritel online di dalam sebuah proyek skala kecil (pilot project) yang dilakukan dengan sembilan perusahaan. Sembilan perusahaan itu terdiri dari enam bank, dua perusahaan efek, serta satu perusahaan teknologi finansial.
Tak hanya itu, Kemenkeu juga sedang menggodok beleid yang mengatur penjualan SBN ritel secara online. Jika sistem penjualan dan beleid sudah rampung, maka Kemenkeu segera menunjuk mitra distribusi dengan beberapa persyaratan tertentu.
"Sebelum proses penunjukan mitra distribusi tersebut, kami berencana mengumumkan jadwal dan proses seleksi untuk menjadi mitra distribusi SUN ritel kepada publik. Rencananya melalui website kemenkeu dan/atau DJPPR," imbuh Loto.
Adapun, jenis investasi SBN yang akan dilempar ke pasar adalah Savings Bond Ritel (SBR) dan akan dijual setelah pemerintah menetapkan mitra distribusi tersebut.
Sekadar informasi, SBR adalah instrumen obligasi negara dengan kupon mengambang dengan pembayaran per bulan dan tidak bisa diperdagangkan kembali.
"Target indikatif kami dari penerbitan SBN ritel yakni Rp1 triliun," ungkap dia.
Pemerintah membutuhkan pembiayaan sebanyak Rp783,2 triliun di tahun ini yang terdiri dari Rp55,8 triliun pinjaman dan Rp727,4 triliun SBN.
Namun, Angka SBN ini kemudian ditambah lagi dengan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) jatuh tempo sebesar Rp119 triliun, sehingga angka total SBN yang diterbitkan pemerintah tahun ini rencananya sebesar Rp846,4 triliun.
Dengan kata lain, penerbitan SBN ritel online ini bisa menyumbang 0,11 persen dari target himpunan dana obligasi negara tahun ini.
(bir)