Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information Inc (R&I) mengerek peringkat utang luar negeri
(Sovereign Credit Rating/SCR) Indonesia dari BBB- dengan
outlook positif menjadi BBB dengan
outlook stabil pada hari ini, Rabu (7/3).
Pada bulan lalu,
Lembaga Pemeringkat Japan Credit Rating Agency, Ltd (JCR) telah lebih dulu menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- dengan outlook positif menjadi BBB dengan outlook stabil pada bulan lalu.R&I mengatakan, perbaikan peringkat tersebut diberikan lantaran kondisi perekonomian Indonesia kuat dalam menghadapi berbagai guncangan eksternal. Hal ini terlihat dari indikator pertumbuhan ekonomi, inflasi, defisit fiskal, porsi utang pemerintah, defisit transaksi berjalan, hingga cadangan devisa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, R&I telah meningkatkan peringkat penerbitan valuta asing ke BBB dengan outlook stabil," tulis R&I dalam keterangan resminya.
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, R&I melihat, perekonomian Tanah Air stabil di kisaran lima persen dengan sumbangan dari investasi, ekspor, dan konsumsi swasta yang tetap solid. Bahkan, dengan pertumbuhan di kisaran itu, R&I menilai bahwa kestabilan ekonomi Indonesia akan berlanjut di masa mendatang.
Hal ini juga terlihat dari proyeksi Organisasi Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh di angka 5,4 persen dan 5,3 persen.
Di samping itu, pengelolaan fiskal pemerintah juga dinilai terjaga dengan defisit APBN yang hanya 2,48 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). R&I menilai, defisit fiskal akan kembali dijaga pemerintah seiring target defisit APBN sebesar 2,2 persen dari PDB di tahun ini.
"Target penerimaan ini realistis mengingat harga minyak yang lebih tinggi dari asumsi anggaran dan upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pemungutan pajak dan penerimaan pajak aktual pada tahun lalu," terangnya.
Lembaga pemeringkat tersebut juga menilai, porsi utang pemerintah pusat sebesar 28,98 persen dari PDB juga masih rendah.
Ke depan, R&I melihat, pemerintah Indonesia harus terus menjaga fundamental ekonominya. "Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perbaikan infrastruktur dan iklim investasi penting untuk tetap terjaga," pungkasnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu terus melakukan reformasi perpajakan dan memperkuat basis pengumpulan pajak untuk menjaga fiskal.
Sementara itu, Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menilai, perbaikan peringkat dari R&I membuktikan bahwa kebijakan pemerintah dan otoritas terkait dalam menjaga stabilitas makro ekonomi, sistem keuangan, dan reformasi struktural cukup efektif. Ia pun menekankan, perlunya Indonesia memanfaatkan momentum ini untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi ke depan.
"Momen positif ini perlu dipertahankan bersama untuk memastikan terjaganya stabilitas perekonoman sehingga mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin kuat, berkelanjutan, dan inklusif," ucap Agus dalam keterangan tertulis.
Untuk itu, ke depan, Agus memastikan bahwa BI akan terus mengoptimalkan buaran kebijakan makroprudensial dan moneter untuk ikut memanfaatkan momentum positif tersebut.
"Termasuk menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai nilai fundamentalnya dan upaya pendalaman pasar keuangan untuk menjaga stabilitas perekonomian," pungkasnya.
(agi)