Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2018 kembali defisit sebesar US$230 juta. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan jumlah defisit neraca perdagangan bulan Januari 2018 sebesar US$676,9 juta.
Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, prediksi defisit ini disebabkan jumlah impor akan lebih besar dibandingkan ekspor karena sebagian industri mengimpor bahan baku. Namun, hal ini sengaja dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2018.
"BI sudah perkirakan hal ini, nanti akan terlihat di transaksi berjalan tahun 2018," terang Agus, Jumat (9/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut, defisit transaksi berjalan tahun ini berpeluang naik dari 1,7 persen terhadap Produksi Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,1 persen terhadap PDB.
"Transaksi berjalan 2013 defisit sampai 4,2 persen, lalu 2016 1,7 persen, kemudian turun tahun 2017 ke 1,7 persen. Jadi sebenarnya meski defisit, tetap sehat," jelas Agus.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melansir jumlah ekspor pada Januari 2018 sebesar US$14,46 miliar atau turun 2,81 persen dari Desember 2017. Namun, jumlah ekspor Januari 2018 naik 7,86 persen dibandingkan Januari 2017 sebesar US$13,4 miliar.
Sementara itu, jumlah impor Januari 2018 tercatat US$15,13 miliar. Angka itu naik 0,26 persen dibanding Desember 2017, sedangkan bila dibandingkan dengan Januari 2017 pertumbuhannya mencapai 26,44 persen.
Sama seperti perkiraan impor Februari 2018, jumlah impor banyak terjadi di kelompok bahan baku dan penolong dengan pertumbuhan sebesar 2,34 persen secara bulanan atau 24,76 persen secara tahunan.
(agi)