REKOMENDASI SAHAM

Koleksi Saham Perbankan Dianjurkan Saat Tren IHSG Melemah

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Senin, 12 Mar 2018 09:44 WIB
Saham-saham emiten perbankan dianjurkan karena di tengah pelemahan mayoritas indeks, cuma indeks sektor perbankan yang terkoreksi paling tipis.
Saham-saham emiten perbankan dianjurkan karena di tengah pelemahan mayoritas indeks, cuma indeks sektor perbankan yang terkoreksi paling tipis. (CNN Indonesia/ Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah analis menyarankan agar pelaku pasar mengoleksi saham yang lebih tahan banting saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berada dalam tren pelemahan. Salah satu yang disarankan, yakni saham-saham emiten perbankan.

Soalnya, meski mayoritas indeks sektoral melemah di sepanjang pekan lalu, indeks sektor perbankan hanya terkoreksi tipis 1,13 persen. Sementara, sektor barang dan konsumsi terkoreksi cukup dalam, yaitu 4,99 persen.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra menyebut pelaku pasar masih bisa berharap keuntungan dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BBNI, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau BMRI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Kalau dilihat, pelemahan saham perbankan masih berhasil ditahan saat IHSG turun cukup dalam," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/3).

Bahkan, beberapa saham masih berakhir di teritori positif pada akhir pekan lalu, Jumat (9/3). Hal itu terjadi pada saham BBNI yang menguat 0,53 persen ke level Rp9.400 per saham dan BMRI bergerak stagnan di level Rp8.100 per saham. Sementara, BBRI melorot 2,12 persen ke level Rp3.690 per saham.

"Kinerja perbankan sepanjang tahun lalu juga bagus semua. Kredit tumbuh dan beberapa di atas target," terang Aditya.


Jika dirinci, kredit BBNI berhasil tumbuh 12,2 persen menjadi Rp441,31 triliun. Pertumbuhan kredit dua digit juga terjadi pada Bank Mandiri sebesar 10,2 persen menjadi Rp729,5 triliun, dan BRI naik 11,44 persen menjadi Rp739,3 triliun.

Alhasil, laba bersih masing-masing perbankan ikut terdongkrak. BNI misalnya, laba bersih perusahaan tercatat meningkat 20,1 persen menjadi Rp13,62 triliun.

Kemudian, Bank Mandiri membukukan laba bersih sebesar Rp20,6 triliun atau naik 49,6 persen dan BRI mencatat pertumbuhan laba bersih 10,74 persen menjadi Rp29,04 triliun.


"Lalu, perbankan juga melakukan efisiensi. Jadi, kinerja bisa positif," ucap Aditya.

Aditya berpendapat, kinerja keuangan perbankan bakal semakin cerah tahun ini. Makanya, harga saham emiten perbankan berpeluang untuk melaju di zona hijau.

"Apalagi, kalau untuk jangka panjang, saham perbankan sangat bagus," terang dia.


Adapun, price to book value (PBV) dari ketiga emiten yang direkomendasikan masih terbilang murah atau di bawah rata-rata PBV bank buku IV, yakni 2,8 kali sampai 3 kali.

PBV merupakan salah satu indikator pelaku pasar dalam menilai harga wajar untuk saham perbankan. Untuk saham non perbankan umumnya menggunakan indikator price to earning ratio (PER).

"PBV untuk BNI masih 1,8 kali, Bank Mandiri 2,2 kali, dan BRI 2,7 kali," jelas Aditya.

Saham Tambang Berpotensi Rebound

Di sisi lain, Analis Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menjagokan saham pertambangan seiring dengan kenaikan harga komoditas sepanjang pekan lalu.

"Harga komoditas sempat tertekan akibat dolar Amerika Serikat (AS) mengalami apresiasi," katanya.


Harga minyak dunia pekan lalu berakhir di level US$62,4 per barel atau naik 1,79 persen dari sebelumnya US$61,3 per barel. Selanjutnya, harga nikel naik empat persen jadi US$13.820 per metrik ton.

"Batu bara di harga US$99,6 per metrik ton," imbuh Bertoni.

Ia merekomendasikan saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO).


"Harga saham bakal rebound (bangkit) untuk jangka pendek sepekan dan secara teknikal juga sudah berada di area jenuh jual (oversold)," paparnya.

Bila dilihat secara indeks sektoralnya, sektor pertambangan anjok 3,86 persen di sepanjang pekan lalu. Sementara, harga saham masing-masing emiten pertambangan pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu bergerak bervariasi.

Tercatat, saham Aneka Tambang terkoreksi 2,86 persen ke level Rp850 per saham, Bukit Asam naik 3,21 persen ke level Rp2.890 per saham, dan Indika Energy naik 5,03 persen ke level Rp3.760 per saham.

Selanjutnya, saham Timah terkoreksi 1,3 persen ke level Rp1.135 per saham, dan Adaro Energy terkoreksi 0,91 persen ke level Rp2.170 per saham. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER