Dua Bulan Pertama 2018, Penerimaan Negara Naik 17 Persen

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 13 Mar 2018 06:17 WIB
Kementerian Keuangan mencatat pendapatan negara sebesar Rp200,1 triliun dalam dua bulan pertama tahun 2018.
Kementerian Keuangan mencatat pendapatan negara sebesar Rp200,1 triliun dalam dua bulan pertama tahun 2018. (CNN Indonesia/Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan mencatat pendapatan negara sebesar Rp200,1 triliun dalam dua bulan pertama tahun 2018. Angka ini tercatat naik 17,1 persen dibanding realisasi tahun lalu Rp170,8 triliun.

Raihan fiskal itu juga tercatat 10,6 persen terhadap target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp1.894,7 triliun.

Berdasarkan catatan Kemenkeu, pendapatan ini dihasilkan dari penerimaan perpajakan sebesar Rp160,7 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp39,2 triliun, dan penerimaan hibah sebesar Rp11,1 triliun. Masing-masing pos penerimaan tersebut bertumbuh 13,6 persen, 34 persen, dan 36,6 persen dibanding tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menuturkan kenaikan penerimaan di tahun ini merupakan yang terbaik dalam tiga tahun kemarin setelah pendapatan negara bertumbuh negatif 10,9 persen pada 2016 dan 9,4 persen tahun 2017.

Menurutnya, perpajakan di tahun ini membaik karena tidak dilaksanakan praktik ijon seperti tahun 2016. Sementara itu, PNBP bertumbuh lebih baik lantaran didorong kenaikan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah yang melemah, sehingga pendapatan dalam dolar AS bisa dikonversi ke nilai rupiah yang jauh lebih baik.

"Dari pendapatan sudah bertumbuh, kami bisa pastikan bahwa penghelolaan APBN semakin sehat dan membaik," jelas Sri Mulyani di kantornya, Senin (12/3).

Tak hanya penerimaan, pemerintah juga mencatat pertumbuhan belanja. Tercatat, realisasi belanja negara dalam dua bulan pertama yakni Rp249 triliun atau tumbuh 10,4 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu Rp225,6 triliun.

Dari seluruh pos, belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) naik paling signifikan yaitu 25,8 persen ke angka Rp6,5 triliun yang didorong oleh belanja pegawai. Namun, belanja pemerintah pun didorong oleh penyaluran dana desa dengan nilai realisasi Rp5,2 triliun. Hal ini berbeda dibanding tahun sebelumnya, di mana dana desa biasanya dicairkan saat April.

Dengan demikian, maka pertumbuhan penerimaan lebih besar dibanding pertumbuhan belanja sepanjang Januari hingga Februari mendatang. Artinya, defisit APBN menipis di angka 0,33 persen dibanding Produk Domestik Bruto (PDB) per akhir Februari kemarin.

Angka ini terbilang jauh lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 0,68 persen dari PDB dan 2017 sebesar 0,4 persen dari PDB.


Belanja Negara Bengkak

Defisit sebesar 0,33 persen dari PDB pun telah ditambal pemerintah dengan utang senilai Rp57,2 triliun. Namun, karena defisit menyusut, maka utang ini juga jauh lebih kecil ketimbang tahun 2017 yang sebesar Rp120,7 triliun.

"Defisit hingga Februari capai Rp48,9 triliun atau 0,33 persen dari PDB. Utang pun semakin kecil, dan ini cara kami dalam menurunkan defisit dan mengurangi terpaan(dari kondisi eksternal)," jelas dia.

Meski defisit terus menurun, Sri Mulyani masih memproyeksi defisit akhir tahun masih di angka 2,19 persen sesuai target APBN. Pasalnya, pemerintah masih mengkaji dampak defisit setelah belanja membengkak akibat penambahan subsidi energi.

"Tapi 2,19 persen ini kami masih anggap sehat," papar dia.

Di dalam APBN 2018, pemerintah menargetkan penerimaan sebesar Rp1.894,7 triliun dengan belanja sebesar Rp2.220,7 triliun. Artinya, hingga akhir tahun nanti pemerintah mengalami defisit Rp325,9 triliun.

(lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER