Reksa Dana dan Saham Bikin Investasi Asuransi Jiwa Moncer

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Jumat, 16 Mar 2018 18:48 WIB
Strategi pelaku industri asuransi jiwa menempatkan banyak dana kelolaan di reksa dana berbuah manis. Buktinya, investasi asuransi jiwa tumbuh 22,8 persen.
Strategi pelaku industri asuransi jiwa menempatkan banyak dana kelolaan di reksa dana berbuah manis. Buktinya, investasi asuransi jiwa tumbuh 22,8 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku industri asuransi jiwa semringah. Strateginya membiakkan dana kelolaan tercatat tumbuh 22,8 persen pada kuartal keempat tahun lalu atau menjadi Rp486,2 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp395,96 triliun.

Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim menyebut kenaikan nilai investasi tersebut tidak terlepas dari strategi pelaku usaha yang memarkirkan dana kelolaannya lebih banyak di reksa dana.

"Jadi untuk penempatan dana di reksa dana sebesar 33,4 persen," ucapnya, Jumat (16/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Diikuti oleh penempatan dana di keranjang saham sebesar 31,6 persen, Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 13,3 persen, dan deposito 9,7 persen.

Namun demikian, secara rata-rata, perusahaan industri jiwa belum sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengharuskan porsi investasi perusahaan asuransi jiwa sebesar 30 persen di SBN dari total dana investasi.

"Industri sudah berusaha, tetapi tidak mudah. Namun, kalau dibandingkan dengan periode kuartal IV 2016 meningkat, karena tahun 2016 hanya 10,11 persen," terang Hendrisman.

Menurut Hendrisman, mayoritas perusahaan asuransi jiwa mendapatkan investasi SBN dari secondary market dengan harga mahal. Apabila perusahaan membeli dengan harga mahal, maka imbal hasil (yield) yang diraih otomatis kecil.

"Kami kan juga harus mempertimbangkan hal lainnya, kami punya kewajiban kepada nasabah. Jadi, kami harus berhati-hati," tutur dia.

Sayangnya, AAJI tak memiliki data rinci berapa imbal hasil masing-masing jenis investasi. Yang pasti, imbal hasil dari reksa dana masih lebih baik dibandingkan dengann instrumen lainnya.


"Secara logika, kalau banyak pihak yang menempatkan dana di reksa dana, tentu hasil terbaik dari reksa dana," imbuh Hendrisman.

Makanya, AAJI meyakini perusahaan asuransi jiwa Indonesia masih akan melirik reksa dana sebagai instrumen investasi utama tahun ini. Kemudian, ia juga optimistis jumlah investasi di SBN secara rata-rata bisa tumbuh menjadi 15 persen.

"Tetapi, belum memenuhi aturan OJK juga, kami menilai seharusnya regulator melihat lagi apa filosofinya sampai mewajibkan kami masuk ke SBN 30 persen," pungkas Hendrisman. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER