Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengklaim Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara yang terdepan dalam hal revolusi industri industri 4.0 berbasis teknologi di kawasan ASEAN.
Alasannya, negara-negara di kawasan ASEAN masih baru memulai dan berada pada posisi yang sama dengan Indonesia dalam hal revolusi industri 4.0. Indonesia berpeluang unggul di antara negara kawasan.
Potensi terbuka lebar karena Indonesia memiliki beberapa faktor unggulan. Salah satunya, Indonesia mempunyai pasar domestik yang kuat. Kemudian, penetrasi internet dan telepon pintar (smartphone) yang besar di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang kita punya potensi untuk menjadi leading (pemimpin) di industri 4.0 di kawasan ASEAN semua masih level playing field belum ada yang sudah advance," kata Airlangga di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (21/3).
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) sepanjang 2017, pertumbuhan penetrasi internet Indonesia sebesar 54,68 persen. Dari total 262 juta jiwa, sebanyak 143,26 juta orang diperkirakan telah menggunakan internet.
"Kita punya penetrasi smartphone yang terbesar di ASEAN. Jadi kalau dibanding negara lain Indonesia bisa menjadi leader," terangnya.
Selain itu, lanjut Airlangga, Indonesia memiliki universitas terbanyak di ASEAN sehingga tenaga kerja berbakat (talent) pun banyak. Hal itu terbukti di sektor e-commerce Indonesia. Ia menyebutkan empat dari tujuh perusahaan e-commerce besar di ASEAN berasal dari Indonesia.
"Terbukti dari e-commerce platform, perusahaan besarnya di ASEAN empat dari tujuh berasal dari Indonesia," terang dia.
Lebih lanjut, Airlangga bilang, dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0 Kemenperin melakukan beberapa upaya seperti pemberian insentif kepada pelaku usaha padat karya berupa infrastruktur industri.
"Kemudian, kolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam optimalisasi bandwith," terangnya.
Selanjutnya, penyedian Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) yang memudahkan integrasi data untuk membangun industri elektronik. Terakhir mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) industri melalui pendidikan vokasi.
"Kemenperin pun tengah mensosialisasikan peta jalan dan rencana strategis implementasi sistem industri 4.0 pada sektor industri nasional untuk beberapa tahun kedepan," tutur Airlangga.
Airlangga menyebutkan Kemenperin pun mendorong lima industri prioritas yakni industri makanan dan minuman, kimia, tekstil, elektronika, dan otomotif. Hal ini dalam rangka percepatan implementasi industri 4.0. Kelima industri tersebut kata Airlangga memberikan kontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja, nilai ekspor, dan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Dengan mendorong kelima industri tersebut diharapkan memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan industri," ujarnya.
(lav/bir)