
Menteri Airlangga: Swasembada Garam Butuh Waktu
SAH, CNN Indonesia | Rabu, 21/03/2018 18:27 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengklaim Indonesia masih memerlukan waktu yang cukup panjang untuk memenuhi kebutuhan garam industri tanpa melakukan impor.
"Untuk tidak bergantung pada garam industri impor itu kan perlu proses," kata Airlangga di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (21/3).
Airlangga mengakui produksi garam sangat bergantung dengan beberapa faktor lahan dan cuaca. Sementara di Indonesia, produksi garam masih banyak menggunakan cara-cara yang tradisional, sehingga skala produksi garamnya masih kecil.
"Industri garam itu tergantung cuaca dan kewilayahan, industri garam nasional juga masih bergantung pada cara tradisional," terang dia.
Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikana (KKP) memproyeksikan Indonesia hanya bisa memproduksi garam sebanyak 1,5 juta ton. Dari angka itu, 800 ribu ton dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan garam industri.
Namun, angka 800 ribu ton tersebut masih sangat jauh dari total kebutuhan garam industri Indonesia yang mencapai 3,7 juta ton. Makanya, mau tidak mau Indonesia masih harus bergantung pada garam impor.
Airlangga mengatakan pemerintah kini tengah menyiapkan program agar industri tidak lagi bergantung kepada garam impor.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan saat ini pemerintah terus mendorong pembuatan peta jalan (peta jalan) peningkatan kualitas produk garam nasional. Salah satunya melalui perluasan lahan garam lokal.
"Leading sector-nya di Kementerian Koordinator Kemaritiman, kami sudah ada roadmapnya untuk garam lokal," terang Sigit, Selasa (20/3).
Sementara itu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, setelah tahun 2021 Indonesia sudah tidak boleh lagi melakukan impor garam.
Luhut bilang, pemerintah juga tengah membangun dan meningkatkan kapasitas industri garam lokal agar tak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, namun juga industri.
"Itu sudah jalan (pengembangan industri garam lokal). Di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu sudah hampir 60 ribu hektare (ha) lahan untuk garam. Secara bertahap sudah jalan," terang Luhut, Senin (19/3). (lav/bir)
"Untuk tidak bergantung pada garam industri impor itu kan perlu proses," kata Airlangga di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (21/3).
Airlangga mengakui produksi garam sangat bergantung dengan beberapa faktor lahan dan cuaca. Sementara di Indonesia, produksi garam masih banyak menggunakan cara-cara yang tradisional, sehingga skala produksi garamnya masih kecil.
"Industri garam itu tergantung cuaca dan kewilayahan, industri garam nasional juga masih bergantung pada cara tradisional," terang dia.
Sebelumnya Kementerian Kelautan dan Perikana (KKP) memproyeksikan Indonesia hanya bisa memproduksi garam sebanyak 1,5 juta ton. Dari angka itu, 800 ribu ton dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan garam industri.
Namun, angka 800 ribu ton tersebut masih sangat jauh dari total kebutuhan garam industri Indonesia yang mencapai 3,7 juta ton. Makanya, mau tidak mau Indonesia masih harus bergantung pada garam impor.
Airlangga mengatakan pemerintah kini tengah menyiapkan program agar industri tidak lagi bergantung kepada garam impor.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka (IKTA) Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan saat ini pemerintah terus mendorong pembuatan peta jalan (peta jalan) peningkatan kualitas produk garam nasional. Salah satunya melalui perluasan lahan garam lokal.
"Leading sector-nya di Kementerian Koordinator Kemaritiman, kami sudah ada roadmapnya untuk garam lokal," terang Sigit, Selasa (20/3).
Sementara itu, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, setelah tahun 2021 Indonesia sudah tidak boleh lagi melakukan impor garam.
Luhut bilang, pemerintah juga tengah membangun dan meningkatkan kapasitas industri garam lokal agar tak hanya memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, namun juga industri.
"Itu sudah jalan (pengembangan industri garam lokal). Di Nusa Tenggara Timur (NTT) itu sudah hampir 60 ribu hektare (ha) lahan untuk garam. Secara bertahap sudah jalan," terang Luhut, Senin (19/3). (lav/bir)
FOKUS
Seteru Impor Garam |
ARTIKEL TERKAIT

Pemerintah Siapkan Peta Jalan Garam Demi Petani Lokal
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Impor Terus, Pemerintah Diminta Buka Perluasan Lahan Garam
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Alasan Pemerintah Impor Garam Cuma 676 Ribu Ton
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Garam Impor 'Mendarat' Paling Lambat Mei 2018
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Kurang Pasokan Garam, 1.200 Pekerja 'Dirumahkan'
Ekonomi 1 tahun yang lalu
'Sengat Asin' Impor Garam
Ekonomi 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Operator Seluler Belum Terima Teknis IMEI dari Pemerintah
Teknologi • 02 December 2019 17:27
Daihatsu Indonesia Pilih 'Tak Tahu' Soal Investasi Rp28,3 T
Teknologi • 21 November 2019 16:09
Toyota dan Honda Disebut Tanam Investasi Rp33 T di Indonesia
Teknologi • 19 November 2019 20:04
Tak Masuk Barang Mewah, Motor Listrik Murni Bebas PPnBM
Teknologi • 02 November 2019 15:10
TERPOPULER

Tol Layang Japek II Beroperasi Pukul 06.00 Esok Pagi
Ekonomi • 2 jam yang lalu
Utak-atik Anak-Cucu BUMN, Erick Thohir Perlu Izin Sri Mulyani
Ekonomi 2 jam yang lalu
Ikuti Arahan Erick Thohir, PLN Bakal Pangkas Anak-Cucu Usaha
Ekonomi 4 jam yang lalu