Jakarta, CNN Indonesia -- The People's Bank of China (PBOC), bank sentral China, merespons kebijakan The Federal Reserve dengan menaikkan suku bunga acuannya. Namun, respons China sangat hati-hati terlihat dengan menaikkan bunga acuannya hanya sebesar 5 basis poin (bps). Sementara, The Fed mengerek bunga acuannya hingga 25 bps.
Mengutip Reuters, Kamis (22/3), bunga acuan China mengembang menjadi 2,55 persen dari sebelumnya 2,50 persen. Bunga acuan China persis seperti di Indonesia, yaitu China
7-Days Reverse Repo Rate, formula untuk mengendalikan likuiditas dalam sistem keuangan.
Kebijakan PBOC menaikkan bunga acuannya diambil di bawah kepemimpinan Yi, gubernur baru bank sentral China. Langkah Yi tersebut sebetulnya telah diperkirakan banyak pelaku pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya pikir, kenaikan itu hanya simbolis saja untuk menghindari selisih bunga terlalu lebar antara China dan Amerika Serikat," ujar Ken Cheung, Ahli Strategi Senior FX Mizuho Bank, Hong Kong.
Ia melanjutkan, kenaikan 5 bps sudah cukup, mengingat depresiasi yuan bukan masalah besar. "Dan, PBOC menahan diri dari menaikkan suku bunga secara agresif di tengah reformasi regulasi dan tekanan inflasi yang jinak," katanya.
Analis lain justru mengharapkan kenaikan bunga acuan China bisa sampai 10 bps, sehingga selisih bunga China dan AS tidak terlalu lebar yang berpotensi menguras arus modal keluar dari negeri Tirai Bambu tersebut.
Namun demikian, para analis mengatakan langkah PBOC juga merupakan sinyal bagi bank dan lembaga keuangan lainnya bahwa pemerintah menekankan untuk mengurangi risiko dalam sistem keuangan pada tahun ini.
(bir)