Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) memproyeksi, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) akan tertahan di angka 4,25 persen sepanjang tahun ini. Artinya, tak ada kenaikan maupun penurunan suku bunga acuan dari BI pada tahun ini.
Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan mengatakan, proyeksi ini muncul dengan mempertimbangkan laju inflasi hingga prediksi pergerakan tingkat suku bunga bank sentral dari empat negara, yaitu Amerikat Serikat (AS), kawasan Eropa, Jepang, dan China.
"Dari sisi inflasi, diperkirakan tetap di bawah empat persen. Perkiraan kami, inflasi akhir 2018 di angka 3,5 persen," ucap Fauzi saat konferensi pers di kantornya, Jumat (12/1).
Proyeksi inflasi tersebut sesuai dengan rentang target pemerintah sebesar 3,5 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan target BI sebesar 3,5 persen plus minus 1,0 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan sepanjang 2017 kemarin, inflasi tercatat berada di angka 3,61 persen (yoy). Angka ini lebih rendah dibanding target pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 sebesar 4,3 persen (yoy) dan target BI sebesar 4,0 persen plus minus 1,0 persen (yoy).
Kedua, LPS turut mempertimbangkan pergerakan suku bunga bank sentral global, di mana Fauzi bilang, masih ada sedikit bias dengan kekhawatiran kenaikan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve.
"Analis memperkirakan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat atau FFR akan naik dari 1,5 persen pada 2017 menjadi 2,5 persen pada 2018," katanya.
Kendati The Fed menaikkan suku bunganya, namun bank sentral Eropa, European Central Ban (ECB) diproyeksi tetap akan mempertahankan tingkat suku bunganya di angka nol persen.
Begitu pula dengan bank sentral Jepang, Bank of Japan akan mempertahankan suku bunga di angka minus 0,1 persen dan bank sentral China, People's Bank of China di angka 4,35 persen.
"Kami pantau empat bank sentral tersebut karena ekonomi AS, Eropa, Jepang, dan China mencakup kurang lebih 68 persen dari ekonomi dunia. Makanya, kami melihat rencana kenaikan suku bunga The Fed, tapi di sisi lain bank sentral tetap akan mempertahankan tingkat suku bunganya," pungkasnya.
Adapun, 7DRRR terakhir kali mengalami perubahan pada Agustus dan September 2017, di mana BI menurunkan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) per bulannya, sehingga secara kumulatif telah turun sekitar 50 bps.
Namun, selama Oktober, November, dan Desember 2017, BI kembali menahan tingkat suku bunganya itu. Hal ini guna menanggapi langkah kenaikan FFR pada Desember kemarin.
(lav)