Jakarta, CNN Indonesia -- PT Taspen (Persero) akan menurunkan porsi investasi di instrumen deposito menjadi 10 persen tahun ini, seiring makin rendahnya suku bunga deposito. Saat ini, rata-rata bunga deposito berada di kisaran enam persen.
Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro menyatakan perusahaan akan menambah penempatan aset investasi di instrumen Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sampai 15 persen. Selain itu, perusahaan juga akan meningkatkan investasi di instrumen obligasi dan investasi langsung.
"Bunga deposito enam persen itu sudah sesak bagi Taspen, sedangkan RDPT bisa sampai sembilan sampai 10 persen. Itu kan baik. Obligasi bisa sampai 10 persen. Jadi memang logikanya lebih baik," papar Iqbal, Selasa (27/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, lanjut Iqbal, mayoritas investasi ditempatkan dalam instrumen Surat Utang Negara (SUN) dengan persentase 60 persen hingga 70 persen. Namun, ia belum bisa menjabarkan detil jumlah dana yang diinvestasikan perseroan saat ini.
"Pokoknya tahun ini instrumen di pasar modal bagus, itu RDPT, obligasi, saham," jelas Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal menyebut total aset investasi Taspen tahun lalu tumbuh 25 persen. Angka itu merupakan akumulasi dari kenaikan beberapa jenis investasi. Ia menjelaskan bahwa obligasi, sukuk, dan KIK EBA yang naik 19 persen, deposito naik 54 persen, sedangkan saham, reksa dana, dan lain-lain naik 18 persen.
"Hasil investasi 2017 tercatat senilai Rp16,81 triliun, tumbuh 11 persen dibandingkan 2016 sebesar Rp15,21 triliun," ucap Iqbal.
Kenaikan aset investasi ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan total aset Taspen tahun lalu sebesar 16 persen menjadi Rp230,38 triliun pada 2017. Sementara, laba Taspen melonjak 192 persen menjadi Rp721,73 miliar.
"Untuk tahun ini dengan melihat kinerja tiga bulan terakhir kami masih optimis dengan kinerja Taspen," tutup Iqbal.
Gandeng BRIAdapun guna mempermudah pembayaran manfaat kepada peserta, Taspen telah menandatangani kerja sama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI). Melalui kerja sama tersebut, pembayaran tabungan hari tua, pensiunan, jaminan kecelakaan kerja, dan jaminan kematian Taspen dapat dilakukan melalui rekening BRI.
Iqbal menjelaskan, sinergi ini sebetulnya merupakan lanjutan dari kerja sama yang sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Namun, kali ini, kerja sama yang dilakukan lebih kepada sistem digitalisasi.
"BRI mendukung digitalisasi Taspen. Sekarang ini otentikasi menggunakan teknologi, suara, wajah," ungkap Iqbal.
Menurut Iqbal, total peserta Taspen yang merupakan nasabah BRI tercatat sebanyak 897 ribu atau 35 persen dari total peserta Taspen sebanyak 6,7 juta. Sementara, total dana kelolaan dari 897 ribu peserta tersebut sebesar Rp2,14 triliun.
Lebih lanjut ia menjelaskan kerja sama ini juga akan mengedepankan pelayanan dengan prinsip tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, dan tepat administrasi. Taspen juga mendorong pelaksanaan otentikasi secara berkala dan mensosialisasikan enrollment terhadap penerima pensiunan melalui perekaman data biometrik pada kantor mitra bayar.
"
Enrollment ini pendaftaran ulang bagi peserta Taspen dalam rangka digitalisasi yang dimulai awal tahun ini," sambung Iqbal.
Ia menekankan seluruh pensiunan akan melakukan pendaftaran dengan perekaman biometrik atau dengan sidik jari, wajah, dan suara mulai April 2018.
Secara terpisah, Direktur Utama BRI Suprajarto menjelaskan skema digitalisasi ini akan memudahkan peserta pensiun, di mana mereka tak perlu datang ke bank untuk melakukan otentikasi.
"Melalui implementasi digitalisasi layanan pembayaran pensiunan ini dapat memberikan data pensiunan data yang lebih valid," terang Suprajarto.
BRI merupakan salah satu dari 48 mitra bayar Taspen. Berdasarkan catatan BRI, perusahaan telah menyalurkan pembayaran pensiun kepada 904.391 peserta pensiun hingga Maret 2018.
"Untuk pengambilan pensiun juga nanti bisa mengambil lewat agen Brilink," ucap Suprajarto.
(agi)