Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) memprediksi
neraca perdagangan pada Maret 2018 surplus sebesar US$1,1 miliar. Prediksi itu terbilang positif bila melihat kondisi tiga bulan terakhir, dimana neraca perdagangan terus defisit.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan neraca perdagangan pada Januari 2018 defisit sebesar US$670 juta dan pada Februari 2018 sebesar US$120 juta. Defisit neraca perdagangan sudah terjadi sejak Desember 2017 sebesar US$270 juta.
"Neraca perdagangan Maret kira-kira US$1,1 miliar. Jadi, neraca perdagangan di kuartal I 2018 akan positif," ujarnya, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal I 2018 masih akan berkisar dua persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara, defisit transaksi berjalan sepanjang tahun sekitar 2,5 persen terhadap PDB.
"Jadi, sedikit ada tekanan tapi nanti akan kembali terkendali karena secara umum selama defisit transaksi berjalan terhadap PDB itu di bawah tiga persen, kami melihat itu masih sehat," papar Agus.
Kendati masih di bawah tiga persen, Agus mengatakan defisit transaksi berjalan tahun ini akan semakin tinggi bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya karena kenaikan impor.
Agus merinci, defisit transaksi berjalan pada 2016 lalu sebesar 1,8 persen terhadap PDB. Kemudian, defisit transaksi berjalan tercatat turun pada 2017 menjadi 1,7 persen terhadap PDB.
"Memang, agak sedikit meningkat untuk tahun ini tapi itu karena impor yang bagus," terang dia.
Agus memandang kondisi ini bukan menjadi persoalan besar karena barang yang diimpor merupakan bahan baku yang akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi perusahaan. Hal ini akan berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi 2018.
(bir)