Tangerang, CNN Indonesia --
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) mengantongi restu pemegang saham untuk menerbitkan surat utang global
(global bond) sebesar US$750 juta atau sekitar Rp10,27 triliun (kurs Rp13.700). Rencananya, raihan dana dari
global bond akan digunakan untuk membayar kembali utang jatuh tempo perusahaan
(refinancing)."Ini untuk memperbaiki profil dari pembiayaan yang kami miliki cukup besar. Mungkin pembiayaan yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun cukup besar," ucap Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala Mansury usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di kantor Garuda Indonesia, Tangerang, Kamis (19/4).
Menurut Pahala, perusahaan memiliki utang obligasi berdenominasi rupiah yang akan jatuh tempo pada Juli 2018 dengan nilai Rp2 triliun. Sementara pada 2020 mendatang, perusahaan memiliki utang jatuh tempo mencapai US$500 juta atau sekitar Rp6,85 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi atas dasar itu kami anggap perlu, ini kesempatan kami untuk memperbaiki," imbuh Pahala.
Namun, manajemen belum menentukan waktu pasti untuk penerbitan
global bond tersebut. Hanya saja, Pahala menilai kuartal II dan kuartal III merupakan waktu yang tepat untuk menerbitkan
global bond.
"Tapi yang pasti selain menggunakan tahun buku 2017, kami juga menggunakan buku laporan keuangan Maret 2018," jelas Pahala.
Perusahaan juga belum dapat menyebut detil waktu untuk
roadshow penerbitan
global bond. Saat ini, Garuda Indonesia masih menyiapkan dokumen penunjang dan diperkirakan selesai akhir April 2018.
Pahala menambahkan, perusahaan juga mengubah struktur direksi dan komisaris dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2018. Dalam hal ini, perusahaan memberhentikan Puji Nur Handayani sebagai Direktur Produksi sekaligus menghilangkan jabatan tersebut.
"Kami melakukan penyesuaian struktur direksi baru," terang Pahala.
Selain menghapus posisi satu direksi, perusahaan memasukan dua komisaris baru, yaitu Herbert Timbo Parluhutan Siahaan dan Luky Alfirman. Menurut Pahala, Luky sendiri menggantikan komisaris sebelumnya, yaitu Isa Racmatarwata.
"Herbert Timbo sebelumnya anggota komisaris di Citilink, terus Pak Isa menjadi Pak Lucky. Beliau adalah Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan," papar Pahala.
Berikut jajaran direksi dan komisaris baru Garuda Indonesia:
Direksi:
Direktur Utama : Pahala Mansury
Direktur Operasi : Triyanto Moeharsono
Direktur Teknik : I Wayan Susena
Direktur Umum dan SDM : Linggarsari Suharso
Direktur Niaga Domestik : Nina Sulistyowati
Direktur Kargo & Niaga Internasional : Sigit Muhartono
Direktur Layanan: Nicodemus P. Lampe
Direktur Keuangan & Manajemen Resiko : Helmi Imam Satriyono
Komisaris:
Komisaris Utama & Independen: Jusman Syafii Djamal
Komisaris Independen : Hasan M. Soedjono
Komisaris Independen : Herbert Timbo Parluhutan Siahaan
Komisaris : Luky Alfirman
Komisaris : Chairal Tanjung
Komisaris : Dony Oskaria
Komisaris : Muzaffar Ismail
(agi)