Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah akan memfokuskan pendidikan
vokasi guna meningkatkan kompetensi
tenaga kerja Indonesia ke enam sektor industri. Keenam sektor ini terdiri dari manufaktur, agribisnis, pariwisata, kesehatan, ekonomi digital, dan pekerja migran.
Menteri Ketenagakerjaan
Hanif Dhakiri mengatakan pihaknya tengah mematangkan konsep pendidikan vokasi yang nantinya bakal dituangkan dalam peta jalan khusus. Ia tak menyebut kapan peta jalan ini rampung. Namun, pembahasannya kini masih dirapatkan di tingkat Kementerian Koordinator bidang Perekonomian.
"Intinya kami ingin menyeimbangkan betul sisi
supply dan
demand dari tenaga kerja. Jadi kami ingin investasi melalui pendidikan dan pelatihan vokasi sesuai dengan kebutuhan di pasar. Sektornya sudah ada, yakni enam yang disebutkan itu," papar Hanif ditemui di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis (19/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Hanif, keenam sektor itu dipilih karena bisa menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan menggerakan Produk Domestik Bruto (PDB). Nantinya, peta jalan itu juga akan menentukan besaran pekerja pendidikan vokasi yang dibutuhkan.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, sektor manufaktur bisa menyerap 575 ribu orang setiap tahun, sementara agribisnis bisa menyerap 195.843 pekerja, pariwisata sebesar 3.333 pekerja, tenaga kesehatan sebanyak 6.018 pekerja, ekonomi digital 5.172 pekerja, dan pekerja migran sebesar 243.265 pekerja.
"Jadi misal di peta jalan itu akan ditentukan detail mengenai pekerjaan yang dibutuhkan nantinya. Misalnya, wartawan. Mengapa wartawan dibutuhkan? Jabatan wartawan apa yang sedang dicari? Sehingga nanti pelaksanaan pelatihannya bisa lebih mudah," ungkap dia.
Menurut Hanif, perbaikan kualitas sumber daya manusia melalui vokasi merupakan satu dari tiga variabel yang bisa memperbaiki standar tenaga kerja Indonesia. Adapun, dua faktor lainya adalah kuantitas serta distribusi tenaga kerja yang merata di berbagai daerah.
Selain itu, jika kualitas SDM sudah mumpuni, maka nantinya pendapatan tenaga kerja juga bisa ikut terkerek. "Selain meningkatkan kompetensi, nantinya tenaga kerja bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Taraf hidupnya pun akan jauh lebih baik," pungkas dia.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa vokasi dibutuhkan untuk mengatasi ketidakcocokan antara kemampuan serta kebutuhan tenaga kerja saat ini
(mismatch). Hanya saja, pendidikan formal mengenai keterampilan di Indonesia masih kurang peminat.
Adapun berdasarkan data yang dimilikinya, lima jurusan SMK yang paling diminati adalah teknik komputer dan jaringan dengan 578 ribu siswa, teknik kendaraan ringan dengan jumlah 574 ribu siswa, akuntansi sebanyak 430 ribu siswa, administrasi perkantoran sebanyak 448 ribu siswa, dan teknik sepeda motor dengan jumlah 270 ribu murid.
"Dalam jangka panjang, bagaimana pun juga, negara yang punya strategi dan fokus ekonomi yang jelas akan lebih berhasil mencapai tingkat kemakmuran yang lebih baik dibanding negara-negara yang tidak mempunyai fokus pembangunan. Maka dari itu, sarannya adalah (fokus ke) area-area yang besar," tutur Darmin beberapa waktu lalu.
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah angkatan kerja per Agustus 2017 tercatat 128,06 juta atau meningkat 2,08 persen dibanding tahun sebelumnya 125,44 juta jiwa. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka pada bulan Agustus 2017 tercatat di angka 7,04 juta jiwa, atau 5,5 persen dari seluruh angkatan kerja, di mana secara persentase, angka ini turun dari angka tahun lalu yakni 5,61 persen.
(agi/agi)