Mataram, CNN Indonesia -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun ini diestimasi bisa mencapai 5,3 persen dengan fluktuasi nilai tukar rupiah yang stabil. Momentum puasa, lebaran, dan pemilihan kepala daerah (pilkada) disebut-sebut sebagai penopang utama ekonomi.
Head of Economic and Market Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal dua lebih tinggi dari perkiraan kuartal pertama yang sebesar 5,2 persen. Sejumlah momentum musiman akan turut mendongkrak konsumsi domestik, baik masyarakat, pemerintah, maupun lembaga nonpemerintah.
"Sepanjang tahun 2018 kami proyeksi ekonomi tumbuh 5,3 persen. Untuk kuartal pertama 5,2 persen, dan kuartal berikutnya 5,3 persen karena banyak momentum," katanya, Minggu (22/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konsumsi riil yang meningkat bisa menjadi stimulus fiskal penggerak laju ekonomi. Syaratnya, pemerintah harus mampu menjaga inflasi di level aman. Saat ini, pemerintah menargetkan inflasi berada di kisaran 3,5 persen +- 1 persen.
"Penggerak ekonomi lain yang perlu dicermati adalah investasi dan pengeluaran pemerintah," tuturnya.
Sampai akhir April, Rupiah StabilFirman Mochtar, Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter
BI memperkirakan pergerakan nilai tukar rupiah mulai stabil di level Rp13.800 per dolar Amerika Serikat (AS) pada April.
Menurutnya, aliran dana asing masih akan terus bertambah ke pasar Indonesia. Perbaikan struktural yang dilakukan pemerintah membuat investor global lebih optimistis dan membuka ruang investasi ke Indonesia.
"Perbaikan struktural itu tidak hanya konsistensi kebijakan moneter, tapi juga fiskal. Inflasi menyusut, dana asing kemungkinan terus naik," ungkapnya.
Pada momentum tahun politik 2018, Firman tak khawatir dengan perlambatan ekonomi. Menurutnya, kondisi politik nasional sudah cukup kondusif, masyarakat sudah dewasa dalam berdemokrasi. Hal itu menciptakan kepercayaan investor untuk menanamkan modal di Indonesia.
Agenda kegiatan pilkada justru berdampak positif terhadap komponen konsumsi swasta dan pengeluaran lembaga. Seluruhnya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi kuartal kedua hingga akhir tahun ini.
"Investor asing menilai Indonesia sudah dewasa dalam berdemokrasi. Justru ada dampak berlapis pada investasi jasa," ucapnya.
Sebelumnya, bank sentral memperkirakan ekonomi kuartal I tumbuh 5,1 persen, didorong oleh permintaan domestik, khususnya investasi. Selanjutnya, konsumsi swasta dan pemerintah tumbuh meningkat, dibarengi ekspor yang positif.
Dijelaskan lebih rinci, investasi diperkirakan meningkat terutama ditopang sektor konstruksi, seiring penyelesaian proyek infrastruktur dan sektor primer, khususnya pertambangan. Konsumsi swasta diperkirakan tumbuh, didukung daya beli masyarakat yang terjaga seiring perbaikan pendapatan dan penyaluran bantuan sosial yang meningkat.
(res)