Pakai GPN, Nasabah BCA Bisa Hemat Rp194,4 Miliar per Tahun

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 16 Apr 2018 18:01 WIB
PT Bank Central Asia Tbk dapat menghemat biaya administrasi bulanan kartu debit/ATM Rp194 miliar per tahun yang selama ini dibebankan ke nasabah.
PT Bank Central Asia Tbk dapat menghemat biaya administrasi bulanan kartu debit/ATM Rp194 miliar per tahun yang selama ini dibebankan ke nasabah. (CNN Indonesia/Agustiyanti)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dapat menghemat biaya administrasi bulanan kartu debit/ATM sekitar Rp194,4 miliar per tahun yang selama ini dibebankan ke nasabah. Pasalnya, bank telah menggunakan sistem transaksi dari perusahaan switching dalam negeri dalam Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

Direktur BCA Santoso mengatakan proyeksi tersebut berasal dari biaya administrasi yang bisa dihemat bank untuk setiap kartu debit/ATM sebesar Rp1.000 per bulan. Saat ini, jumlah kartu debit/ATM BCA telah mencapai 16,2 juta keping kartu.

Dengan begitu, BCA bisa menghemat Rp16,2 miliar per bulan. Lalu, dikalikan dengan 12 bulan, artinya bank bisa menghemat hingga Rp194,4 miliar per tahun. "Iya hitungannya seperti itu," ujar Santoso di Menara BCA, Senin (16/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Santoso bilang, penghematan biaya ke nasabah bisa dilakukan lantaran bank tak lagi membayar royalti ke prinsipal internasional, seperti Visa dan Mastercard. Namun, kini dibayarkan ke perusahaan switching dalam negeri.

"Biasanya tergantung volume (jumlah royalti yang dibayarkan ke prinsipal). Kalau di BCA sekitar 0,25 persen dari volume transaksi kartu debit/ATM. Sekarang sudah tidak ada, sudah dihapus (kalau berpindah ke GPN)," jelasnya.

Kendati begitu, ia menekankan bahwa penghematan itu belum sepenuhnya bisa dirasakan bank pada tahun ini. Pasalnya, bank menargetkan baru sekitar dua juta dari total 16,2 juta keping kartu debit/ATM yang bermigrasi ke sistem GPN pada tahun ini.

"Penghematan sepenuhnya baru bisa dilakukan setelah semua kartu debit yang ada jadi kartu GPN. Kami harapkan sekitar 3-4 tahun untuk mengonversikan ini," terangnya.

Selain itu, potensi penghematan juga belum bisa dirasakan per tahun ini karena BCA masih perlu mengeluarkan biaya investasi untuk mengganti kartu debit/ATM yang sebelumnya tercatat di sistem prinsipal internasional ke perusahaan switching.

Hitung-hitungannya, bank masih perlu mengeluarkan biaya investasi untuk perubahan sistem dalam kartu tersebut sekitar US$2 juta atau sekitar Rp27,4 miliar untuk dua juta keping kartu sesuai target tahun ini. "Nilainya sekitar US$1 per kartu," imbuhnya.


Direktur Eksekutif Departemen Elektronifikasi dan GPN Bank Indonesia (BI) Pungky Purnomo Wibowo menambahkan penghematan bisa lebih tinggi lantaran bank tak perlu mengeluarkan biaya investasi untuk menambah kehadiran mesin ATM dan EDC baru.

Pasalnya, dengan sistem GPN, seluruh mesin ATM dan EDC bank di Indonesia akan terhubung dalam sistem yang sama, sehingga kartu debit/ATM dapat digunakan pada mesin ATM dan EDC dari bank yang berbeda.

"Dari segi efisiensi, bank bisa menggunakan EDC di mana saja. Kalau dulu EDC banyak, tapi sekarang dengan satu kartu bisa fleksibel, hanya butuh satu EDC (untuk bank berbeda) karena sudah interprobabilitas," ucap Pungky pada kesempatan yang sama.

Secara keseluruhan, Pungky bilang, peluncuran kartu GPN oleh para bank di dalam negeri akan serempak dilakukan pada 3 Mei 2018. Pada saat itu, BI menargetkan setidaknya sudah 30 persen dari total jumlah kartu debit/ATM yang diterbitkan bank memasang logo Garuda sebagai pertanda bahwa kartu tersebut tergabung dalam sistem GPN.

"Sepanjang (target) 30 persen sudah terpenuhi ya kami ingin 30 persen dulu. Tapi kalau bisa lebih ya alhamdulillah," katanya.

Setelah melakukan migrasi kartu debit/ATM ke sistem GPN, BI menargetkan pada 2019 mendatang sebagian kartu kredit yang diterbitkan bank dalam negeri juga tergabung dalam sistem GPN.

(lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER