ANALISIS

Saham Ritel dan Konstruksi Bisa Jadi Pelipur Lara

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Senin, 30 Apr 2018 11:53 WIB
Kondisi pasar modal yang sedang goyah memaksa pelaku pasar untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aksi beli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ilustrasi pergerakan saham. (Puspa Perwitasari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kondisi pasar modal yang sedang goyah memaksa pelaku pasar untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aksi beli saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bagaimana tidak, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini anjlok hingga ke level sekitar 5.900. Alhasil, sejumlah analis menyarankan pelaku pasar untuk selektif memilih saham.

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan pelaku pasar bisa melirik saham berbasis ritel, seperti PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia meramalkan kedua saham itu akan memberi keuntungan dalam jangka waktu satu pekan ini. Hal itu dipengaruhi oleh sentimen jelang momen puasa dan lebaran, di mana kinerja keuangan emiten ritel berpotensi lebih tinggi dari bulan biasanya.
"Daya beli masyarakat sebenarnya belum sepenuhnya pulih, tapi dengan Ramadan dan Lebaran ini mungkin kinerja kuartal II 2018 bisa meningkat," ucap Rovandi kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/4).

Tidak hanya itu, peluang kenaikan kinerja keuangan emiten ritel juga bisa terjadi sepanjang tahun ini ditopang oleh acara piala dunia dan pemilihan kepala daerah (Pilkada).

"Belanja politik otomatis meningkat. Ini sebenarnya terjadi dari tahun ini sampai tahun depan," kata Rovandi.

Namun, ia mengingatkan emiten ritel perlu lebih memanfaatkan teknologi digital dalam memasarkan produknya agar tak kalah dengan penjualan di e-commerce.
"Emiten ritel kan sebenarnya sudah terhantam oleh penjualan secara online. Makanya bisa antisipasi dengan menggandeng startup online," papar Rovandi.

Untuk pekan ini, Rovandi memasang target harga (target price/TP) Matahari Department Store di level Rp11.250 per saham dan Ramayana Lestari Sentosa di level Rp1.450 per saham.

Sementara itu, Matahari Department Store pada Jumat (27/4) lalu berakhir di level Rp10.750 per saham dan Ramayana Lestari Sentosa ditutup di level Rp1.365 per saham.

Di sisi lain, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee merekomendasikan saham berbasis konstruksi, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT).
Ketiganya merupakan emiten berkapitalisasi besar (big capitalization/big cap) di sektornya. Pada Jumat (27/4) kemarin, pergerakan ketiga saham itu terbilang tidak cukup baik.

Terpantau, saham Waskita Karya turun 4,42 persen ke level 2.160 per saham, PTPP turun 1,65 persen ke level Rp2.390 per saham, dan Wijaya Karya bergerak stagnan di level Rp1.560 per saham.

"Secara fundamental cukup bagus sebenarnya, tidak ada masalah dari korporasinya," ucap Hans.

Namun, dari ketiga emiten tersebut baru Waskita Karya yang merilis kinerja keuangan kuartal I 2018. Laba bersih Waskita Karya melonjak hingga Rp1,52 triliun dari periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp367,71 miliar.
Bila mengacu pada laporan keuangan 2017, laba bersih Wijaya Karya dan PTPP masing-masing meningkat 13,52 persen menjadi Rp1,2 triliun dan 50,87 persen menjadi Rp1,72 triliun.

"Kinerja memang naik tapi sebenarnya pelaku pasar masih mempertanyakan arus kas perusahaan, tapi dengan banyaknya proyek seharunya arus kas membaik ya," terang Hans. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER