Jakarta, CNN Indonesia -- Saat pasar modal sedang terpuruk, pelaku pasar perlu melakukan strategi khusus agar tetap bisa melakukan aksi beli di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan meraih cuan.
Strategi itu misalnya pelaku pasar bisa mencari momentum potensi kenaikan terhadap sejumlah saham tertentu. Momentum terdekat yang terlihat pekan ini, yaitu jadwal
cum dividen untuk tiga saham berkapitalisasi besar
(big capitalization/big cap).Cum dividen merupakan tanggal terakhir bagi pelaku pasar yang ingin membeli saham dan berhak mendapatkan dividen perusahaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Riset PT Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan tiga saham yang memiliki jadwal
cum dividen pekan ini atau tepatnya Senin (7/5), antara lain PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF).
"Pasar sekarang lagi jatuh banget, jadi coba cari momen-momen tertentu untuk perdagangan satu pekan ini seperti jadwal cum dividen," papar Kevin kepada
CNNIndonesia.com, Senin (7/5).
Kebetulan, tiga emiten ini kompak memberikan dividen dengan nilai triliunan. Selain itu, masing-masing emiten juga menetapkan
dividend payout ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen minimal 70 persen dari perolehan laba bersih pada 2017.
Berdasarkan catatan
CNNIndonesia.com, HMSP menjadi emiten yang menetapkan rasio pembayaran dividen terbesar dibandingkan dengan dua emiten lainnya, yakni mencapai 98,5 persen dari laba bersih 2017.
Perusahaan rokok tersebut meraup laba bersih sebesar Rp12,67 persen tahun lalu. Sementara, HM Sampoerna membagikan dividen sebesar Rp12,5 triliun atau setara dengan Rp107,3 per saham.
Selanjutnya, rasio pembayaran dividen Telekomunikasi Indonesia diputuskan sebesar 75 persen dari laba bersih 2017 sebesar Rp22,14 triliun. Alhasil, total dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sebesar Rp16,6 triliun atau Rp167 per saham.
Adapun, Matahari Department Store menjadi emiten yang menetapkan rasio pembayaran dividen terkecil, yaitu hanya 70 persen.
Perusahaan ritel ini menggunakan laba bersihnya sebesar Rp1,33 triliun dari total raihan laba bersih 2017 Rp1,9 triliun sebagai dividen kepada pemegang saham. Jumlah itu setara dengan Rp457,5 per saham.
"Saya pikir makanya tiga saham ini akan bergerak ya," imbuh Kevin.
Kendati jumlah dividen yang dibagikan terbilang besar, tetapi tidak semua emiten ini menghasilkan kinerja cemerlang sepanjang tahun lalu. Dari tiga emiten tersebut hanya Telekomunikasi Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan laba bersih.
Perusahaan pelat merah itu meraup laba bersih sebesar Rp22,14 triliun pada 2017. Angka itu naik 14,41 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp19,35 triliun.
Sementara, laba bersih HM Sampoerna dan Matahadari Department Store masing-masing turun 0,7 persen menjadi Rp12,67 triliun dan 5,47 persen menjadi Rp1,9 triliun.
"Secara fundamental walaupun kinerja turun tapi emiten itu tetap meraih laba, emiten yang sudah besar memang pertumbuhannya rendah. Beda sama perusahaan yang masih lapis kedua dan ketiga," jelas Kevin.
Makanya, emiten berkapitalisasi besar rajin menebar dividen demi menarik pelaku pasar berinvestasi. Kevin berpendapat, manajemen seringkali lebih memilih menggunakan laba bersih untuk membagikan dividen daripada ekspansi.
"Kalau ekspansi apakah akan bagus dan dilahap oleh konsumen? kan belum tentu. Sementara kalau mau ekspansi tahan laba, jadi lebih baik bagi dividen," ungkap Kevin.
Dengan pertimbangan jadwal
cum dividen ini, Kevin meramalkan ketiga saham emiten tersebut akan bergerak positif pada pekan ini.
Ia merinci, saham HM Sampoerna bisa menyentuh angka Rp3.460 per saham, Telekomunikasi Indonesia mengarah ke level Rp3.810 per saham, dan Matahari Department Store naik ke level Rp10.125 per saham.
Bila Pasar Rebound, Saham Big Cap Naik DuluanHampir sependapat, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan pelaku pasar sebaiknya melirik saham big cap ketika IHSG masih dalam tekanan seperti saat ini.
Pada akhir pekan lalu, Jumat (4/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di level 5.792. Bila diakumulasi, maka IHSG anjlok 2,14 persen sepanjang pekan lalu dari sebelumnya di level 5.919.
"Saham big cap naiknya akan lebih cepat kalau pasar naik dibandingkan dengan saham lainnya," terang Hans.
Kendati kenaikan saham
big cap lebih dulu dari saham lapis kedua
(second liner) dan lapis ketiga
(third liner), tetapi kedua jenis saham tersebut bisa naik lebih kencang secara persentase.
"Namun begitu ketika pasar seperti ini pelaku pasar harus berpikir untuk amankan modal daripada cari keuntungan," kata Hans.
Pasalnya, risiko penurunan saham big cap juga lebih kecil. Artinya, jika IHSG turun, maka penurunan saham big cap akan lebih terbatas atau tidak anjlok. Berbeda dengan saham second liner dan third liner yang bisa saja langsung anjlok ketika IHSG sedang tertekan.
Menurut Hans, pelaku pasar masih bisa melirik saham perbankan, seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
"Lalu saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Astra International Tbk (ASII), dan Telekomunikasi Indonesia," pungkas Hans.
(agi)