REKOMENDASI SAHAM

Musim Bagi Dividen, Raup Cuan dari Saham BNI dan Bank Mandiri

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Senin, 26 Mar 2018 08:38 WIB
Musim bagi-bagi dividen menjadi daya tarik investor untuk mengoleksi saham emiten perbankan, terutama saham BNI dan Bank Mandiri.
Musim bagi-bagi dividen menjadi daya tarik investor untuk mengoleksi saham emiten perbankan, terutama saham BNI dan Bank Mandiri. (CNN Indonesia/ Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Musim bagi-bagi dividen atas perolehan laba bersih tahun lalu akan menjadi daya tarik investor untuk mengoleksi saham emiten perbankan. Beberapa perbankan menetapkan batas waktu pembelian saham untuk mendapatkan dividen di pasar reguler dan negosiasi pekan ini.

Analis Henan Putihrai Liza Camelia Suryanata menyarankan pelaku pasar untuk mengoleksi saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

"Mereka sudah mau memberikan dividen, tapi saya sarankan tidak trading agresif," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (26/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengutip data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi untuk BBNI terjadi pada 27 Maret 2018. Sementara, cum dividen di pasar tunai masih berlaku sampai 2 April 2018.

Kemudian, BMRI menetapkan cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 28 Maret 2018, sedangkan cum dividen di pasar tunai pada 3 April 2018.

Seperti diberitakan sebelumnya, BNI akan menggunakan 35 persen laba bersihnya untuk membayarkan dividen kepada pemegang saham. Artinya, BNI bakal membagikan dividen sebesar Rp4,76 triliun dari total laba bersih 2017 yang sebesar Rp13,62 triliun.


Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menjelaskan jumlah persentase dividen yang disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) sebenarnya hanya 25 persen, sedangkan sisanya 10 persen dianggap sebagai dividen spesial.

Hal serupa juga dilakukan oleh manajemen Bank Mandiri. Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmojo mengumumkan jumlah dividen reguler atas laba bersih 2017 sebesar 30 persen dan dividen spesial sebesar 15 persen. Sehingga, perusahaan akan menggunakan 45 persen laba bersihnya tahun lalu atau sebesar Rp9,28 triliun untuk pembayaran dividen.

Laporan keuangan Bank Mandiri menunjukan perusahaan meraup laba bersih sebesar Rp20,6 triliun pada 2017 atau naik 49,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.


Menurut Liza, alasan lain pelaku pasar perlu mencermati saham BNI dan Bank Mandiri pekan ini karena secara keseluruhan sektor perbankan merupakan penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dengan kata lain, bila saham emiten perbankan bergerak positif, maka laju IHSG berpotensi berbalik arah ke zona hijau. "Saham-saham itu (Bank Mandiri dan BNI) memegang peranan penting untuk indeks," jelasnya.

Tak hanya itu, Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menuturkan pelaku pasar dapat berharap cuan dari saham BNI dan Bank Mandiri karena kedua saham tersebut diproyeksi bangkit (rebound) setelah terkoreksi sepanjang pekan lalu.


Saham BNI terpantau anjlok 9,11 persen ke level Rp8.725 per saham dibandingkan dengan harga awal pekan lalu di level Rp9.600 per saham. Sementara, Bank Mandiri patut bernafas lega karena sahamnya hanya turun 0,3 persen ke level Rp8.050 per saham dari sebelumnya Rp8.075 per saham.

"Khusus BNI turunnya besar sekali, jadi kesempatan untuk harga sahamnya naik lagi juga besar sekali," terang dia.

Selain itu, emiten perbankan juga mendapatkan angin segar dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25 persen saat The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 1,5 persen-1,75 persen.


"Jadi, perbankan tetap bisa memberikan kredit dengan bunga satu digit kepada nasabah," jelas Achmad.

Bila BI mempertahankan suku bunga acuannya, lanjut Achmad, maka kemungkinan besar Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya.

LPS sendiri menetapkan suku bunga penjaminan untuk simpanan berdenominasi rupiah di bank umum sebesar 5,75 persen dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 8,25 persen untuk periode 16 Januari 2018-14 Mei 2018.


"Kemudian, perbankan pun masih bisa menekan biaya dana (cost of fund) nya," tandasnya.

Dengan berbagai faktor tersebut, Achmad memasang target harga (target price/TP) untuk saham BNI di level Rp9.300 per saham dan Bank Mandiri di level Rp8.325 per saham.

Apabila melihat posisi saham akhir pekan lalu, Jumat (23/3), maka saham BNI berpeluang tumbuh 6,59 persen dan Bank Mandiri 3,41 persen sepanjang pekan ini. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER